TEMPO.CO, Jakarta - Juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia, Asep Komarudin, mengatakan kurikulum iklim sangat mendesak untuk dimasukkan ke dalam pendidikan Indonesia.
“Kita butuh kurikulum ini untuk membasmi kelompok climate crisis denial, serta menghasilkan generasi muda dan generasi mendatang yang siap menghadapi krisis iklim,” ujarnya dalam pesan tertulis kepada Tempo, Kamis, 18 November 2021.
Menurut Asep, melihat posisi Indonesia sebagai negara kepulauan, krisis iklim menjadi lebih terasa. Dia menilai selama ini komitmen pemerintah tentang krisis iklim rata-rata hanya indah di atas kertas.
Ia mengatakan ada beberapa hal yang harus dimasukkan ke dalam kurikulum iklim. Pertama, tentang penyebab krisis iklim. Menurutnya, materi ini penting supaya anak muda paham mengenai kegiatan yang berkontribusi pada krisis iklim. Harapannya, anak muda bisa mengambil andil dalam menghentikan perusakan alam.
Kedua, mengenai tanggap bencana dan mitigasi bila terdampak bencana hidrometeorologis. Ketiga, soal hak atas keadilan antargenerasi. Menurut dia, dengan ini generasi mendatang bisa mengklaim haknya dan berkontribusi pada pembangunan yang lebih sadar terhadap dampak ekologis.
Dia menjelaskan bahwa yang membedakan kurikulum iklim dengan pendidikan lingkungan biasa adalah soal penekanan pada aspek krisis. Asep mengatakan berdasarkan pada laporan Intergovernmental Panel on Climate Change, kondisi iklim hari ini sudah masuk tahap krisis.
Asep menambahkan anak muda perlu diberi pemahaman bahwa kini sudah memasuki fase krisis iklim dan mereka harus siap secara mental untuk menghadapinya. “Ibaratnya seperti latihan bagaimana berlari ketika gedung kita sedang terbakar,” ujarnya.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim mengatakan pendidikan lingkungan hidup yang mengedepankan konsep berkelanjutan penting untuk transformasi sistem pendidikan. Sebab, dampak perubahan iklim sudah terlihat dan dirasakan. Selain itu, dia menilai bahwa hal penting lainnya terkait dengan edukasi perubahan iklim adalah nilai-nilai kearifan lokal dalam pendidikan.
Baca juga: Menanti Integrasi Pendidikan Iklim dalam Kurikulum
JESSICA ESTER