TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjelaskan kali mati dan bendung alam yang ada di lereng bukit menjadi sumber banjir bandang yang terjadi di Kota Batu, Malang. Dua sumber itu bercampur dengan faktor alam lainnya yang membuat material lumpur mengalir di kota itu yang menyebabkan korban jiwa dan kerusakan.
“Pagi tadi kami menyisir hingga ke hulu untuk melihat kondisi alur air dan apa penyebabnya,” kata Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam konferensi pers virtual, Sabtu, 6 November 2021.
Abdul Muhari mengatakan aliran yang ditelusuri oleh BNPB adalah sungai yang sering disebut kali mati oleh warga. Dia mengatakan sungai itu cenderung kering pada saat musim kemarau dan hanya mengalir saat musim hujan. Saat mengamati hulu sungai tersebut, tim BNPB menemukan lebar sungai hanya berkisar antara 2 hingga 3 meter dengan sisi sungai berupa tebing yang curam.
Pada beberapa titik, tim menemukan bahwa dinding sungai tidak ditutupi oleh vegetasi yang dapat menahan air. Sehingga saat hujan, tebing itu longsor masuk ke sungai. Longsoran itu kemudian membentuk bendungan alami yang menahan aliran air.
Muhari mengatakan bendungan alami yang terbuat material longsoran seperti pasir dan batang pohon tidak terlalu kuat. Ketika curah hujan sangat tinggi, tanggul alami itu jebol. Seperti curah hujan yang mengguyur kawasan Kota Batu pada Kamis, 4 November 2021. “Ketika hancur inilah membawa pasir dan batang pohon,” kata dia.
Muhari mengatakan material banjir bandang semakin parah ketika melintasi kawasan hilir. Sebab, tim menemukan bahwa banyak warga menggunakan tepi aliran sungai untuk menanam tanaman musiman. Tanaman itu tidak memiliki akar yang mampu menahan air, sehingga menyebabkan struktur tanah mudah berubah menjadi lumpur. “Sehingga menambah jumlah lumpur yang mengalir ke daerah pemukiman,” ujar dia.
Banjir bandang terjadi di Kota Batu pada Kamis, 4 November 2021 pukul 14.00 WIB. Banjir menerjang enam wilayah, seperti Desa Sidomulyo, Desa Bulukerto, Desa Sumber Brantas, Desa Bumiaji, Desa Tulungrejo dan Desa Punten. Hingga saat ini, tujuh orang dilaporkan meninggal akibat banjir bandang tersebut.
Baca: Basarnas Hentikan Operasi Pencarian Korban Banjir Bandang di Kota Batu