INFO NASIONAL – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) tidak semata-mata mengarahkan pendidikan vokasi untuk mempersiapkan lulusannya menjadi pekerja ahli di berbagai industri. Namun, para alumnusnya diharapkan dapat mengembangkan semangat wirausaha sehingga dapat memulai bisnis baru dan menciptakan lapangan pekerjaan.
Menurut Co-Founder & Partnership Director IDVolunteering, Putri Agustina, agar peserta didik memiliki minat wirausaha, pembekalan pola pikir wajib dimulai dari sekolah. “Mindset itu penting. Kita harus bisa membentuk siswa menjadi pengusaha, menjadi inovator,” ujarnya saat menjadi panelis dalam diskusi kewirausahaan bertajuk ‘Muda, Berkarya, dan Bermanfaat: Peluang Sivitas Vokasi dalam Sociopreneurship’ secara virtual, Kamis, 4 November 2021.
Diskusi yang digagas oleh Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI) ini bertujuan untuk mengenalkan peluang bisnis kepada sivitas vokasi dan memberikan inspirasi terhadap sektor sociopreneurship. Harapannya, akan terbentuk ekosistem kewirausahaan untuk memaksimalkan potensi sivitas vokasi dalam membangun bisnis yang bermanfaat bagi masyarakat.
Putri yang juga mengajar di sebuah SMK di Jakarta bercerita muasal dirinya membentuk Indonesian Volunteering Hub atau IDVolunteering, sebuah platform yang mewadahi dan menghubungkan para relawan, tercetus sejak di bangku kuliah. Kegiatan menjadi relawan itu membuatnya lebih berempati dengan berbagai masalah di masyarakat dan belajar mencari solusinya. “Jadi, dengan belajar memahami masalah orang lain dan memecahkan masalah mereka dapat menjadi bekal untuk berbisnis,” kata Putri.
Founder Dreamdelion & Career Class, Alia Noor Anoviar, yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat melihat berdasarkan pengalamannya, individu yang bergerak di sociopreneur punya performa lebih bagus untuk bekerja. “Karena mereka sering menghadapi hal-hal rumit di masyarakat. Kalau terbiasa di masyarakat, maka masalah di pekerjaan lain akan lebih mudah,” ujarnya.
Terlibat langsung dengan di tengah masyarakat, imbuh Alia, menjadi kesempatan belajar praktik, tidak sekedar teori. Peluang ini terbuka lebar bagi peserta didik di sekolah dan perguruan tinggi karena usia muda belum terlalu memikirkan kerumitan-kerumitan orang dewasa yang sudah berkeluarga maupun bekerja, misalnya.
“Saat sekolah itu jadi kesempatan untuk belajar berwirausaha, kalaupun gagal tidak kehabisan biaya karena biasanya masih didukung orang tua. Belajar bisnis saat sekolah itu juga bisa trial and error. Gagal, coba lagi, hingga akhirnya ketemu dengan keberhasilan,” tuturnya.
Fathir Ibnu, pendiri bisnis kuliner rice box Nakamse, mempertegas opini Alia. Sebagai lulusan Program Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya, Fathir memupuk semangat wirausaha selama kuliah, terlebih ia mahasiswa jurusan Manajemen Informasi Bisnis Multimedia. Pelajaran manajemen membantunya untuk mengembangkan usaha sehingga kini Nakamse yang berpusat di Malang telah membentuk kemitraan hingga ke Surabaya dan Bali.
“Pada dasarnya tempat kuliah kita adalah lingkungan yang bisa membuat kita belajar bagaimana menjaga nama baik dan membina hubungan,” ucap Fathir. Karena itu, sivitas vokasi sangat tepat jika mulai belajar berusaha saat masih berstatus mahasiswa.
“Habiskan stok kegagalan kalian di masa muda, nanti akan datang saatnya meraih keberhasilan ketika semakin dewasa,” ujarnya yang merasa terbantu karena lewat bisnisnya, kini ia bisa mempekerjakan 22 karyawan.
CEO Digital Desa (DigiDes), Fajar Sidik Permana, memberi resep untuk melatih semangat berwirausaha. Pencetus platform yang menghubungkan berbagai layanan dan fungsi desa dengan teknologi ini berpesan agar tidak takut akan kegagalan. Menurutnya, keberhasilan dalam berbisnis selalu diiringi oleh passion dan keinginan untuk berinovasi.
“Biasakan kewirausahaan ada dalam pikiran kita, kemudian hilangkan segala ketakutan dan kekhawatiran. Gagal itu biasa, tapi gagal di masa muda lebih baik karena masih banyak kesempatan berinovasi. Terakhir, pastikan semangat wirausaha diiringi dengan passion. Ini penting, karena passion dapat memicu semangat kita untuk bangkit saat sedang letih berbisnis,” ujarnya. (*)