TEMPO.CO, Yogyakarta -Tim Ngabdi Deso Universitas Gadjah Mada (UGM) yang terdiri dari beberapa mahasiswa Manajemen dan Kebijakan Publik UGM melakukan program pembinaan dan pemberdayaan desa yang bertujuan untuk mengembangkan dan menggali potensi-potensi desa yang ada di wilayah Yogyakarta, termasuk ke Gunung Kidul.
Kali ini, Tim Ngabdi Deso UGM memilih Desa Pacarejo, Semanu, Gunung Kidul sebagai desa yang akan diberdayakan dan menggali setiap potensi yang ada, mulai dari wisata, budaya, hingga kuliner.
Salah satu hasil kerja dari tim Ngabdi Deso adalah batik ecoprint. Batik ecoprint adalah suatu produk batik yang lebih ramah lingkungan dan menggunakan daun-daunan dalam proses pembuatannya.
Alasan dari Tim Ngabdi Deso mengembangkan batik ecoprint adalah batik jenis ini masih jarang ditemui dan di daerah Pacarejo memiliki potensi alam yang bisa dimanfaatkan dalam pembuatan batik ecoprint.
“Batik ecoprint masih jarang ditemui dan di daerah Pacarejo banyak potensi alam yang bisa dimanfaatkan dalam proses pembuatan batik ecoprint,” kata Yulia Triana, Anggota Tim Ngabdi Deso UGM, akhir pekan lalu di Yogyakarta..
Disebutkan juga oleh Yulia bahwa batik ini berbeda dengan batik pada umumnya, yaitu batik ini dalam proses pembuatannya meminimalisasi kandungan zat kimia yang bisa merusak lingkunga.
Selain itu, motif pada batik ini adalah motif yang unik karena bermotif daun asli dan dalam proses pembuatannya, batik ini tidak menggunakan canting.
Walaupun batik ecoprint tergolong batik yang sederhana, tetapi batik ini memiliki nilai jual yang tinggi.
“Batik ecoprint motifnya memang sederhana, tetapi batik ini memiliki nilai jual yang tinggi. Apalagi gaya hidup masyarakat sekarang lebih mencintai dan menghargai lingkungan. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau nilai jual dari batik ini bisa bernilai tinggi,” demikian Yulia ihwal potensi di desa Gunung Kidul tersebut.
EIBEN HEIZIER
Baca : Wisata Sepi Pengaruhi Harga Jual Ikan, Nelayan Gunung Kidul Desak Pantai Dibuka