TEMPO.CO, Jakarta - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of Twenty (G20) yang diselenggarakan di Roma, Italia pada 30 hingga 31 Oktober telah berakhir. Pertemuan ini menghasilkan teks deklarasi dari para pemimpin negara. Teks deklarasi itu berisi isu global yang menggambarkan perekonomian dunia termasuk tindakan bersama yang dapat dilakukan negara anggota G20.
"Leaders declaration ini terdiri dari 61 paragraf yang mencakup 26 isu yang menggambarkan tantangan perekonomian dunia termasuk situasi pandemi dan apa yang dapat dilakukan bersama oleh negara-negara anggota G20," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam keterangannya Ahad, 31 Oktober 2021.
Sejumlah isu yang masuk di dalam deklarasi tersebut antara lain kesehatan, energi dan perubahan iklim, perjalanan internasional, hingga ekonomi digital. Dalam bidang kesehatan, Indonesia termasuk salah satu negara yang mengusulkan pembentukan joint health and finance task force untuk membantu pendanaan penanganan kesehatan di masa pandemi.
"Disepakati pembentukan joint health and finance task force untuk menyusun roadmap pendanaan bantuan penanganan kesehatan, khususnya untuk negara-negara miskin dan berkembang," kata Retno.
Pada isu energi dan perubahan iklim, Retno menyebut terjadi perdebatan panjang. Khususnya, saat membahas mengenai target pengurangan emisi karbon dan penetapan time frame menuju net zero emission. "Dan tentunya semua sepakat bahwa untuk transisi energi diperlukan kerja sama internasional," kata dia.
Selain itu, Retno Marsudi menyebut Indonesia berhasil memasukkan prinsip common but differentiated responsibilities (CBDR) dalam konteks energi dan iklim. Dalam konteks tersebut, Indonesia menekankan pentingnya pemenuhan komitmen pembiayaan iklim dari negara maju untuk negara berkembang.
"Kita juga memasukkan pentingnya pemenuhan komitmen pembiayaan iklim US$ 100 miliar dari negara maju untuk negara berkembang dan pembentukan digital economy working group," kata Retno soal hasil pertemuan G20.