Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Koalisi Sipil Kritik Skema Carbon Offset yang Dibahas di KTT COP26

image-gnews
Demonstran melakukan aksi teatrikal saat berunjuk rasa untuk memprotes pertemuan KTT G20 di Roma, Italia, 30 Oktober 2021. Selain itu, mereka juga memprotes perubahan iklim. REUTERS/Yara Nardi
Demonstran melakukan aksi teatrikal saat berunjuk rasa untuk memprotes pertemuan KTT G20 di Roma, Italia, 30 Oktober 2021. Selain itu, mereka juga memprotes perubahan iklim. REUTERS/Yara Nardi
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah kelompok masyarakat sipil mengkritik skema carbon offset yang akan dibahas dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk perubahan iklim atau KTT COP26. Skema ini merupakan salah satu solusi yang dipromosikan berbagai negara untuk mengatasi perubahan iklim global.

Perwakilan Greenpeace Indonesia, Khalisah Khalid, mengatakan skema perdagangan emisi karbon merupakan praktik greenwashing.

"Setiap perusahaan yang mengumumkan dana untuk melindungi hutan melalui skema carbon offset hanya melakukan greenwashing jika mereka tidak berkomitmen secara sungguh-sungguh untuk menurunkan emisi karbon," kata Khalisah dalam keterangan tertulis, Senin, 1 November 2021.

Menyitir situs waste4change.com, skema carbon offset ialah tindakan meniadakan emisi CO2 yang dihasilkan di satu tempat dengan tindakan pengurangan emisi di tempat lain. Sebuah perusahaan sebagai penghasil emisi karbon dapat melakukan investasi offset alih-alih secara aktif mengurangi emisinya sendiri.

Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) mengatakan, skema carbon offset justru berpotensi melahirkan ketidakadilan bagi masyarakat rentan, termasuk masyarakat adat. Apalagi di tengah ketidakadilan hukum Indonesia dalam mengakui dan melindungi masyarat adat serta wilayah adat.

"Mekanisme tersebut potensial menjadi tunggangan baru para perampas wilayah adat," kata Rukka dalam keterangan tertulis yang sama.

Rukka mengatakan, negara-negara dan komunitas global mestinya tak lagi berkutat pada mekanisme pasar. Namun, harus serius membicarakan mekanisme dukungan yang berbeda terhadap berbagai inisiatif dan praktik masyarakat adat dalam menjaga, melindungi, dan mengelola wilayah adat dan sumber daya yang telah berkontribusi langsung pada penurunan emisi karbon.

Manajer Kampanye Iklim Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Yuyun Harmono mengatakan, penerapan mekanisme pasar dan perizinan alam bisa menambah rantai panjang konflik dengan masyarakat. Ia mengatakan skema ini berpotensi menjadi perampasan tanah dan hutan secara sistemik dengan kedok hijau dan pemulihan iklim.

Menurut Yuyun, pemerintah masih memiliki pilihan yang jauh lebih menguntungkan, seperti mendorong pendanaan iklim nonpasar. "Negara-negara maju harus memenuhi janji pembiayaan perubahan iklimnya, seperti Amerika yang berkomitmen memberikan pendanaan sebesar Rp 1.415 triliun setiap tahunnya," kata Yuyun.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Direktur Eksekutif Forest Watch Indonesia (FWI) mengatakan Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk menekan emisi karbon, seperti menekan laju deforestasi dan kebakaran hutan serta lahan. Dia mengatakan deforestasi di Indonesia justru meningkat dari yang sebelumnya 1,1 juta hektare/tahun pada 2009-2013 menjadi 1,47 juta hektare/tahun pada 2013-2017.

Mufti menilai klaim penurunan laju deforestasi dari pemerintah dalam dua tahun terakhir tidaklah relevan. Sebab, terjadi pergeseran area-area yang terdeforestasi dari wilayah barat ke wilayah timur.

Mufti mengatakan, deforestasi secara besar terjadi hanya di beberapa lokasi. "Sedangkan di tempat lain, deforestasi menurun bukan karena upaya yang dilakukan pemerintah, melainkan karena sumber daya hutannya yang sudah habis," ucapnya.

Dia melanjutkan, begitu pula dengan kebakaran hutan dan lahan. Pada 2021, kata Mufti, ada sekitar 229 ribu hektare hutan dan lahan yang terbakar di Indonesia.

Bahkan dua tahun sebelumnya atau pada 2019, luas hutan dan lahan yang terbakar mencapai 1,6 juta hektare, dengan 1,3 juta hektare atau 82 persen di antaranya terjadi di Pulau Sumatera dan Kalimantan. "Ironisnya, di dua pulau itu pula izin-izin industri ekstraktif menguasai hutan dan wilayah adat," kata Mufti.

Dalam sejumlah kesempatan sebelumnya, pemerintah Indonesia menyatakan tengah menyiapkan infrastruktur kebijakan perdagangan karbon.

BUDIARTI UTAMI PUTRI

Baca: Forest Watch Indonesia Bantah Klaim Jokowi soal Penurunan Deforestasi

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


OJK Menilai Peran Sektor Keuangan Penting untuk Capai Target Net Zero Emission

15 jam lalu

Gedung OJK. Google Street View
OJK Menilai Peran Sektor Keuangan Penting untuk Capai Target Net Zero Emission

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Institute Agus Sugiarto menilai bahwa peran sektor keuangan sangat penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.


Bursa Karbon Resmi Diluncurkan, Jokowi: Ada Potensi Rp 3.000 Triliun Lebih

16 jam lalu

Presiden Joko Widodo memberi sambutan saat peluncuran Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbon) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa 26 September 2023. Pada perdagangan perdana Bursa Karbon, BEI mencatat terdapat 13 transaksi dengan jumlah volume emis yang diperdagangkan mencapai 459.914 tCO2e. Selain itu, jumlah pengguna jasa bursa karbon saat ini baru mencapai 16 perusahaan. Tempo/Tony Hartawan
Bursa Karbon Resmi Diluncurkan, Jokowi: Ada Potensi Rp 3.000 Triliun Lebih

Perdagangan karbon melalui bursa karbon resmi diluncurkan hari ini.


Luhut ke Negara Barat: Tak Perlu Ajari Kami Soal Perubahan Iklim

1 hari lalu

Presiden Jokowi (tengah) bersama Menteri BUMN Erick Thohir (kedua kanan) dan Menko Kemaririman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (kedua kiri) meninjau Stasiun Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) di Padalarang Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu, 13 September 2023. Presiden Joko Widodo mencoba kereta cepat dari Stasiun Halim menuju Stasiun Padalarang dan dilanjutkan dengan menggunakan kereta pengumpan dari Stasiun Padalarang menuju Stasiun Bandung. ANTARA/Raisan Al Farisi
Luhut ke Negara Barat: Tak Perlu Ajari Kami Soal Perubahan Iklim

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Padjaitan mengatakan Indonesiua tidak perlu diajari soal perubahan iklim.


Prospera Sebut Pentingnya Kompensasi untuk Kelompok Rentan yang Terdampak Perubahan Iklim

1 hari lalu

Presiden Joko Widodo menghadiri rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 India, Sabtu, (9/9) di New Delhi, India. Dalam forum tersebut, Jokowi meminta seluruh pihak untuk bersama-sama mengurangi emisi.
Prospera Sebut Pentingnya Kompensasi untuk Kelompok Rentan yang Terdampak Perubahan Iklim

Program Kemitraan Indonesia-Australia untuk Perekonomian (Prospera) sebut pentingnya kompensasi untuk kelompok rentan yang terdampak perubahan iklim.


Menlu Retno Ajak Anggota PBB Bangkitkan Kepercayaan, Solidaritas Global

2 hari lalu

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan pernyataan Indonesia dalam Sidang ke-78 Majelis Umum PBB di New York, AS, pada Sabtu, 23 September 2023. ANTARA/HO-Kemlu RI
Menlu Retno Ajak Anggota PBB Bangkitkan Kepercayaan, Solidaritas Global

Menlu Retno menyampaikan bahwa setiap negara memiliki hak yang sama untuk membangun dan tumbuh.


Utusan Iklim Cina: Penghapusan Bahan Bakar Fosil Tidak Realistis

4 hari lalu

Para pria berdiri di dekat mobil dekat pembangkit listrik tenaga batu bara di Shanghai, Cina,  21 Oktober 2021. REUTERS/Aly Song
Utusan Iklim Cina: Penghapusan Bahan Bakar Fosil Tidak Realistis

Penghentian penggunaan bahan bakar fosil secara menyeluruh tidaklah realistis, kata pejabat tinggi iklim Cina.


Tingkatkan Kesadaran Generasi Muda Terhadap Perubahan Iklim

5 hari lalu

Ilustrasi anak muda dan gadget. Shutterstock
Tingkatkan Kesadaran Generasi Muda Terhadap Perubahan Iklim

Generasi muda memiliki potensi dan antusiasme untuk berkontribusi dalam membentuk dunia yang lebih hijau, setara, dan berkelanjutan.


Signify Dorong Konversi Lampu Konvensional ke Lampu LED untuk Kurangi Emisi Karbon

5 hari lalu

Lampu penerangan jalan yang menggunakan energi tenaga surya di Jalan Aek Natolu, Ajibata, Sumatera Utara. Foto: Signify.
Signify Dorong Konversi Lampu Konvensional ke Lampu LED untuk Kurangi Emisi Karbon

Signify, perusahaan produsen lampu merek Philips, mendorong konversi lampu konvensional ke lampu LED untuk kurangi emisi karbon.


Prancis Berencana Hapus Penerbangan Bertarif Murah

5 hari lalu

Ilustrasi pesawat (Pixabay)
Prancis Berencana Hapus Penerbangan Bertarif Murah

Menurut Transportasi Prancis, penerbangan murah tidak mencerminkan harga yang berdampak pada planet bumi.


Di Festival Like 2023, Jokowi Singgung Perubahan Iklim dan Polusi di Jakarta

8 hari lalu

Presiden Jokowi berfoto dengan penerima SK Perhutanan Sosial & Adat dalam puncak Festival Lingkungan, Iklim, Kehutanan dan Energi Baru Terbarukan (Festival LIKE) di Indonesia Arena, GBK, Jakarta, Senin, 18 September 2023. TEMPO/Subekti.
Di Festival Like 2023, Jokowi Singgung Perubahan Iklim dan Polusi di Jakarta

Presiden Jokowi mengingatkan soal perubahan iklim yang tengah terjadi di dunia, dan menyoroti keadaan polusi di Jakarta.