“Ini adalah survei bersejarah di Indonesia. Hari ini di Indonesia, isu-isu lingkungan, sustainable development, dan climate change belum menjadi isu populis untuk para politisi saat pemilu dan Pilkada," ujar Bima dalam acara peluncuran survei tersebut.
Menurutnya, politikus kebanyakan yang mungkin tidak paham bagaimana menjangkau pemilih pemula dan muda, sehingga memilih isu lain dan lebih banyak menjadikannya sebagai gimmick semata. "Padahal anak muda suka yang substansial dan isu climate change seksi di mata anak muda," ujar Bima.
Politikus Partai Gerindra Rahayu Saraswati menyebut hasil survei ini menjadi bekal yang akan dibawanya untuk memperjuangkan isu krisis iklim di partai. "Meskipun, realitanya sedikit sulit untuk memperjuangkan isu ini di lapangan. Tetapi banyak partai yang membicarakannya. Berbicara dengan mayoritas DPR sekarang yang usianya di atas milenial banyak yang belum melihat ini sebagai hot issue," Rahayu Saraswati.
Burhanuddin Muhtadi menuturkan temuan ini semestinya bisa menjadi peluang strategis bagi partai politik untuk memulai melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Mereka bisa dilibatkan dalam penyusunan agenda krisis iklim ke dalam platform partai guna menarik perhatian dan fokus dari blok strategis pemilih muda.
Menurut dia, para pemilih muda dan pemula kalangan Gen-Z dan milenial mencapai sekitar 80 juta atau 40 persen dari populasi pemilih di Pemilu 2024. Burhanuddin menyatakan Gen Z dan milenial merupakan proporsi terbesar dari populasi Indonesia.
"Proses peremajaan sedang terjadi di Indonesia. Sangat penting memotret pendapat dan memetakan isu perubahan iklim dan politik anak muda. Jika politisi dapat menyerap aspirasi anak muda, maka demokrasi Indonesia akan membaik,” ujar Burhan.
Lebih jauh, Direktur Eksekutif CERAH, Adhityani Putri, berharap hasil survei ini dapat membuka mata para politisi dan pengambil kebijakan dan menjadi bukti bahwa krisis iklim perlu menjadi agenda politik utama di Indonesia. "Sebagaimana krisis iklim menjadi isu politik di berbagai negara besar di dunia,” ujar Putri.
Survei ini dilakukan pada 9-16 September 2021. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang sudah berumur 17 tahun hingga 35 tahun ketika survei dilakukan. Jumlah sampel sebanyak 4020 responden yang terdiri atas 3.216 responden usia 17-26 tahun dan 804 responden usia 27-35 tahun.
Responden tentang survei krisis iklim ini terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Penarikan sampel menggunakan metode stratified multistage random sampling dan memiliki toleransi kesalahan (margin of error--MoE) sekitar kurang lebih 1.8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Baca juga: Survei Indikator Politik: Mayoritas Responden Tak Setuju UUD Diamandemen
DEWI NURITA