TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Jaringan Damai Papua (JDP) Yan Christian Warinussy meminta aparat keamanan dan kelompok kriminal bersenjata (KKB) menahan diri dalam peristiwa penyerangan di Kiwirok, Pegunungan Bintang.
“Kekerasan atau mengangkat senjata sampai kapanpun kami yakin tidak bakal menyelesaikan konflik dan perbedaan pemahaman, termasuk soal Papua Merdeka ataupun NKRI Harga Mati,” kata Yan dalam keterangannya, Ahad, 24 Oktober 2021.
Yan menuturkan, dugaan penembakan sejumlah amunisi senjata api jenis mortir ke tengah permukiman rakyat Papua di Kiwiok ada 18-19 Oktober sangat berlebihan. Bahkan, cenderung dapat menimbulkan dampak terhadap situasi hak asasi manusia di Kiwirok.
Menurut Yan, informasi tersebut sangat sulit ditutupi karena teknologi informasi. Ia mengatakan, jika kekerasan di Kiwirok terus terjadi, rakyat akan menjadi takut bukan saja kepada KKB, tapi juga terhadap TNI dan Polri. Sehingga, mereka akan memilih keluar mengungsi dan meninggalkan kampung halamannya, ke kota atau ke kampung lain bahkan melewati perbatasan RI dan negara tetangga Papua Nugini (PNG).
“Tentu akibatnya secara politik sangat mengganggu posisi NKRI dalam percaturan politik internasional,” kata dia.
Ia menuturkan, Gubernur Papua dan Bupati Pegunungan Bintang memiliki peran penting untuk memulai langkah penghentian kekerasan. Apalagi jika didukung penuh Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) dan Majelis Rakyat Papua (MRP), Yan meyakini akan menjadi dorongan kuat kepada Presiden Joko Widodo untuk mengakhiri kekerasan bersenjata yang terus menerus terjadi di Papua.
Aparat gabungan TNI-Polri diduga menjatuhkan bom ke perkampungan penduduk di Distrik Kiwirok, Papua. Menurut Ketua MRP Timotius Murib, pengeboman tersebut terjadi pada 10 Oktober lalu. Akibat peristiwa itu, diperkirakan ratusan hingga ribuan warga sipil terpaksa mengungsi ke hutan, kampung sekitarnya, hingga ke Papua Nugini.
Kabar penembakan bom dari helikopter ke Distrik Kiwirok ini juga beredar di media sosial, kendati ada beberapa perbedaan informasi tentang tanggal peristiwa. Juru bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom mengatakan serangan udara terjadi pada 14-21 Oktober 2021.
Sebby mengatakan bom jatuh sebanyak tujuh kali di markas panglima TPNPB-OPM dan 42 kali di empat kampung, yakni di Kampung Pelebib, Kampung Kiwi, Kampung Delpem, dan Kampung Lolim.
Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Letnan Kolonel TNI Arm Reza Nur Patria mengaku belum mendapat informasi perihal pengeboman di Kiwirok. "Saya akan cari informasi terlebih dahulu, bila ada perkembangan akan disampaikan," kata Reza lewat pesan singkat kepada Tempo, Sabtu, 23 Oktober 2021.
FRISKI RIANA | BUDIARTI PUTRI
Baca: Sejumlah Organisasi Sebut Aparat Diduga Bombardir Kiwirok, Warga Mengungsi