TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Golkar Maman Abdurrahman menyatakan tak setuju dengan usul pembubaran Detasemen Khusus atau Densus 88 Antiteror. Usul itu sebelumnya dilontarkan oleh politikus Partai Gerindra Fadli Zon.
"Keberadaan Densus 88 masih sangat diperlukan untuk melakukan monitoring, pemetaan, dan pemantauan gerakan teror," kata Maman dalam keterangannya, Kamis, 21 Oktober 2021.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat ini mengatakan gerakan teroris selalu berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan dan situasi politik. Dalam banyak kasus, ujarnya, gerakan teroris sangat dinamis dan berevolusi dari satu pola ke pola yang lain.
Oleh sebab itu, ia menilai Indonesia memerlukan satu lembaga yang khusus dan fokus untuk menanganinya. "Dalam hal ini Densus 88," ucapnya.
Maman mencontohkan gerakan aksi teroris saat ini banyak berkedok agama, baik yang bergerak secara organik maupun nonorganik. Dia menilai gerakan tersebut berkonsekuensi pembelahan dan sentimen terhadap kelompok agama tertentu, dalam hal ini Islam.
Padahal, menurut legislator daerah pemilihan Kalimantan Barat ini, Islam di Indonesia adalah Islam rahmatan lil alamin. Ia berpendapat perlu ada penjelasan kepada publik bahwa gerakan teroris yang ada tak bisa dikaitkan dengan Islam.
Dia beralasan tujuan gerakan teroris yakni membangun kekacauan dan pembelahan di masyarakat. "Yang perlu kita sampaikan kepada publik, aksi terorisme tak hanya identik dengan agama, tetapi semua gerakan yang berpotensi menimbulkan kekacauan pada intinya adalah gerakan teroris," kata dia.
Ke depannya, Maman melanjutkan, tak menutup kemungkinan narasi dan isu besar gerakan teroris tak lagi menggunakan simbol agama. Namun, bisa jadi bergeser memanfaatkan simbol komunitas sekte, bahkan simbol-simbol lembaga pendidikan, dan lain sebagainya.
"Oleh karena itulah dibutuhkan sebuah lembaga seperti Densus 88 yang fokus untuk selalu bisa mendeteksi sebuah aksi teror baik yang berupa gerakan nyata maupun senyap," kata Maman.
Fadli Zon sebelumnya melontarkan usulan agar Densus 88 dibubarkan lewat cuitan di akun Twitternya. Ia menanggapi pemberitaan ihwal pernyataan Densus 88 yang menyebut bahwa Taliban menginspirasi teroris Indonesia.
"Narasi semacam ini tak akan dipercaya rakyat lagi, berbau Islamofobia. Dunia sdh berubah, sebaiknya Densus 88 ini dibubarkan saja. Teroris memang harus diberantas, tapi jgn dijadikan komoditas," cuitnya pada 5 Oktober 2021.
Baca juga: Periode Januari-September 2021, Densus 88 Ringkus 315 Terduga Teroris
BUDIARTI UTAMI PUTRI