TEMPO.CO, Jakarta - Nurhayati Subakat masuk dalam deretan 100 tokoh wanita paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia. Pada 2018, Founder dan Komisaris Utama Paragon Technology and Innovation itu masuk dalam daftar 25 Pebisnis Wanita yang memiliki dampak besar di dunia bisnis Asia versi Majalah Forbes.
Hingga kini, perusahaan yang menaungi merek-merek unggulan seperti Wardah, Make Over, Emina, IX, dan Putri itu terus berkembang menjadi perusahaan kosmetik lokal yang mendunia dengan lebih dari 10 ribu karyawan serta luas pabrik sekitar 20 hektar.
"Pendidikan adalah kunci lahirnya inovasi-inovasi produk kami," ujar Nurhayati saat menjadi pembicara dalam program Fellowship Jurnalisme Pendidikan Batch 3 yang digelar Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) bekerjasama dengan Paragon Technology and Innovation, Selasa, 19 Oktober 2021.
Sadar akan pentingnya pendidikan, perusahaan yang didirikan Nurhayati sejak 1985 itu memiliki visi untuk memberikan manfaat, salah satunya dengan mendukung kemajuan pendidikan bangsa.
Lewat program tanggung jawab sosial perusahaannya, Paragon aktif membangun program pergerakan pendidikan seperti Good Leader Good Teacher, Wardah Inspiring Teacher, Wardah Scholarship Program, Semua Murid Semua Guru. Lalu Paragon Innovation Fellowship, Jabar Innovation Fellowship, Lecturer Coaching Movement, Pelatihan Inspiring Lecturer, dan INS Kayu Tanam Restoration.
Lalu, bagaimana kisah dibalik kesuksesan Nurhayati?
Gagal Jadi Dosen, Mengawali Karir sebagai Apoteker
Nurhayati merupakan alumnus Farmasi Institut Teknologi Bandung yang lulus pada 1975 dengan predikat lulusan terbaik. Ia juga mendapat predikat yang sama saat lulus dari pendidikan profesi apoteker di ITB pada 1976.
Setelah lulus, mimpinya tak muluk-muluk. Ia ingin menjadi dosen. Almarhum ayah Nurhayati berharap putri-putrinya bisa seperti Zakiah Daradjat, doktor lulusan Mesir dan pakar psikologi Islam Indonesia yang mengabdikan diri sebagai pendidik. Tokoh perempuan asal Sumatera Barat itu banyak mempengaruhi wajah sistem pendidikan Indonesia.
"Almarhum ayah saya selalu menceritakan Prof. Zakiah. Ibu saya juga bilang, perempuan lebih baik menjadi dosen," ujar wanita kelahiran Padang Panjang, Sumatera Barat itu.