Ia meminta pemerintah belajar dari contoh sukses Singapura. Mereka membuat ICT Masterplan in Education sejak 1997. "Bayangkan, Singapura negara yang kecil itu saja punya perencanaan matang. Sementara kita, yang memiliki 17.000 pulau dan 260.000 lebih sekolah serta 50 juta siswa, tidak memiliki perencanaan sama sekali," tuturnya.
Ketua Umum Jaringan Sekolah Digital Indonesia, Muhammad Ramli Rahim menyebut, tantangan utama menuju digitalisasi pendidikan adalah sikap konservatif sebagian guru. Ia menyatakan pandemi Covid-19 sudah memaksa guru yang sebelumnya tidak merasa memerlukan teknologi digital, kini menjadi membutuhkan.
"Sehingga akselerasi program digitalisasi terbantu. Akan tetapi masih banyak juga teman-teman yang belum bisa berubah, masih seperti dulu," ujar Ramli saat dihubungi, Ahad, 10 Oktober 2021.
Produk Teknologi Informasi dan Komunikasi dari Kemendikbud Ristek dalam program digitalisasi pendidikan.
Survei teranyar JSDI menunjukkan 61 persen guru tidak mampu menggunakan teknologi untuk pembelajaran. Kemudian, sebanyak 29,7 persen bisa menggunakan teknologi, tapi belum bisa membuat konten atau pembelajaran jadi menarik dan berkualitas. Dan hanya 9,3 persen yang mampu menyajikan pembelajaran yang menarik dan berkualitas di dunia maya.
Survei ini tidak jauh berbeda dari hasil sigi Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom) Kemendikbudristek pada 2018. Hasilnya menunjukkan bahwa baru 40 persen guru yang melek dengan TIK. Untuk itu, Ramli menyebut, pelatihan digital untuk guru-guru menjadi sangat penting untuk mendukung program digitalisasi pendidikan.
Berdiri sejak 2020 lalu, JSDI sudah melatih puluhan ribu guru peserta untuk berdaya secara digital. Dalam satu pekan, JSDI rata-rata menggelar 15 pelatihan dengan peserta 100-500 orang. Dari pengalaman itu, ujar Ramli, JSDI menemukan banyak guru-guru itu yang tidak tahu bahwa mereka tidak tahu akan pentingnya pengetahuan digital.
"Istilahnya itu, kami membuka botol kosong yang tertutup. Jadi tutup botolnya dulu dibuka, baru kemudian diisi. Jadi begitu kondisinya, harus pelan-pelan proses memberikan pemahaman soal digital ini," ujar dia.
Belum lagi, ujar dia, masalah mendasar seperti akses jaringan internet yang belum merata juga masih menjadi kendala dalam proses menuju digitalisasi pendidikan. "Guru-guru yang ikut pelatihan kami itu misalnya, harus manjat pohon supaya dapat sinyal. Jadi memang perjalanan kita masih jauh," tuturnya.