TEMPO.CO, Jakarta - Jurnalis senior Dhimam Abror Djuraid mengatakan terlalu banyak jurnalisme yang tergesa-gesa di tengah arus digital. Menurut dia, media belakangan kerap terjebak dalam clickbait dan terkadang lupa dengan peran pers itu sendiri.
Hal tersebut disampaikan Abror saat menjadi pemateri dalam program Fellowship Jurnalisme Pendidikan Batch 3 yang digelar Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) bekerjasama dengan Paragon Technology and Innovation, Rabu, 29 September 2021.
"Saya sangat mengkritik keras media yang click-based orientation. Jurnalisme itu harusnya editorial based orientation, karena jurnalis bekerja untuk kepentingan publik. Kalau sekadar untuk kebutuhan mendapat clickbait, itu kepentingan pribadi, bukan kepentingan publik," ujar katanya.
Abror mengingatkan kembali, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 1999, pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial.
"Keempat fungsi itu merupakan satu kesatuan. Semua berita yang ditulis di media harus mendidik. Oleh karena itu, seorang jurnalis adalah seorang edukator. Mendidik dengan memberi informasi yang benar, mendidik dengan menjalankan kontrol sosial, dan mendidik dengan hiburan yang sehat," ujar Eks Pimpinan Redaksi Harian Jawa Pos itu.
Abror mengimbau media kembali kepada jurnalisme sesungguhnya dengan menghadirkan berita-berita yang berkedalaman. "Dengan demikian, akan tercipta ruang publik dan memunculkan dialektika," ujar pria yang pernah menjadi Pemimpin Redaksi Harian Surya itu.
Direktur Pelaksana GWPP, Nurcholis MA Basyari menambahkan, di era digital ini, ribuan informasi datang dalam hitungan detik, sehingga menjadi gelombang bahkan tsunami informasi. Namun, tidak semua informasi itu adalah berita. Di sinilah, ujar dia, peran jurnalis dibutuhkan dalam mengolah informasi yang bergelombang tadi menjadi berita yang memiliki nilai.
Menurut Nurcholis, berita di media yang memiliki nilai itu harus penting dan menarik. "Penting dalam artian menyangkut hajat hidup orang banyak dan menarik dalam arti memuaskan keingintahuan pembaca. Di luar itu, berarti bukan berita, hanya sampah informasi," tuturnya, Kamis, 30 September 2021