TEMO.CO, Jakarta - Urgensi jurnalisme data semakin tinggi di era kelimpahan informasi saat ini. Situasi tersebut melahirkan paradoks, semakin banyak informasi, semakin sulit pula menentukan mana yang sungguh berarti. Di sinilah peran data dinilai menjadi penting dalam kerja-kerja jurnalistik.
"Di tengah lingkungan informasi yang makin kompleks, wartawan tidak bisa lagi sekadar mengandalkan nose for news atau insting berita. Kita butuh memahami dunia yang kompleks itu melalui alat bantu yang lain, yakni data," ujar Frans Surdiasis, salah satu mentor dalam program Fellowship Jurnalisme Pendidikan Batch 3, Senin, 27 September 2021. Program ini digelar oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) bekerjasama dengan Paragon Technology and Innovation.
Kepala Litbang The Jakarta Post itu menyebut, tuntutan terhadap jurnalis pun semakin tinggi di era banjir informasi ini. Kecakapan dalam mengolah informasi dengan pengelolaan data sebagai instrumennya menjadi salah satu prayarat penting bagi jurnalis untuk mengerjakan tanggung jawabnya.
Frans menyebut, jurnalisme data sederhananya adalah jurnalisme yang dikerjakan dengan data. Data, ujar Frans, menjadi instrumen penting dalam mendudukkan fakta, disamping keterangan ahli dan sumber lainnya.
"Misalnya, kita ingin menulis, apakah kualitas pendidikan kita makin baik? Jawaban atas pernyataan ini dapat dijelaskan dengan data, sehingga kita tidak sepenuhnya menggantungkan jawaban kepada keterangan para pejabat," tutur jurnalis senior itu.
Dengan keterampilan mengolah data, ujarnya, fokus pekerjaan wartawan bergeser dari “orang pertama yang melaporkan suatu kejadian" menjadi orang yang menyampaikan “apa makna dari sebuah kejadian” bagi pembacanya. Dalam hal ini, kapasitas yang diperlukan dari seorang wartawan bukan lagi sebatas mencari informasi, melainkan mengelola informasi.
"Telling story with data telah berkembang menjadi satu kemampuan yang makin diperlukan di tengah makin berlimpahnya data yang kita miliki dewasa ini dan semakin kuatnya keinginan untuk membuat keputusan yang berbasis data (datadriven decision making)," tuturnya.
Pemberitaan yang menghadirkan fakta dengan data yang baik, ujar Frans, akan membantu masyarakat memahami apa yang terjadi di suatu daerah dan di Indonesia secara keseluruhan. “Sehingga nantinya membantu publik untuk membuat keputusan, bahkan secara luas juga bisa mempengaruhi kebijakan pemerintah," ujar dia.
Baca juga: Tantangan Media Massa Mengarusutamakan Isu Pendidikan