TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Lembaga Pengembangan Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Islam Negeri Riau, Miftahul Huda, mengatakan penting bagi anak muda untuk berdiskusi tentang Gerakan 30 September (G30S), Partai Komunis Indonesia (PKI), dan isu sensitif lain di Indonesia. Dengan banyak membaca sejarah anak muda dapat menambah perspektif yang baru dan adil.
"Tujuannya agar daya berpikir kritis generasi muda itu dapat dipupuk dan mampu menyikapi persoalan yang lebih riil ke depannya" katanya saat dihubungi Tempo, Selasa, 21 September 2021.
Menurut Huda, diskusi hal-hal ini harus difasilitasi dengan membuka sejarah seluas-luasnya secara jujur dan adil. Melibatkan berbagai elemen masyarakat yang punya perspektif berbeda, misalnya pengamat politik, sosial, ekonomi ormas, hingga pengamat geopolitik.
"Perspektif sangat banyak. Makanya isu-isu PKI yang sering dianggap sebagai hal terlarang, itu sebuah kemunduran. Mesrinya diskusi mengenai isu PKI mesti dibuka luas. Hingga selebihnya tinggal bagaimana caranya agar diskusi difasilitasi maksimal secara objektif,”
Ketika seluruh diskusi tentang peristiwa 1965 telah difasilitasi secara optimal, kata dia, hasil akhirnya tinggal diberikan kepada masyarakat untuk menilai dengan sendirinya.
Menurut Huda, melalui diskusi-diskusi ini masyarakat Indonesia bisa mengambil ibrah dari peristiwa G30S dan memikirkan bagaimana sejarah kelam tersebut tidak terjadi kembali. "Kita tetap teguh terhadap Pancasila sebagai fundamental note untuk bangsa yang berdaulat sebagai bangsa yang besar.
TIKA AYU
Baca juga:
Tiga Versi Cerita G30S Ini Memiliki Dalang yang Berbeda-Beda