TEMPO.CO, Jakarta - Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) turut berduka atas meninggalnya politikus senior PDI Perjuangan, Sabam Sirait. Ketua Umum PGI Gomar Gultom menyatakan, Sabam konsisten dengan komitmen politiknya untuk menegakkan demokrasi serta memperjuangkan aspirasi rakyat.
"Saya mengenang beliau sebagai seorang yang mampu hadir sebagai 'Imam' di tengah carut marut perpolitikan bangsa," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 30 September 2021.
Sabam meninggal di Rumah Sakit Siloam Karawaci, Tangerang, pada Rabu malam, 29 September 2021 pukul 22.37 WIB. Dia berpulang di usia 85 tahun, karena menderita paru-paru kronis. Anggota DPR dari PDI Perjuangan, Putra Nababan, memastikan mertuanya itu tidak terinfeksi Covid-19.
Gomar mengenang Sabam yang sempat dijuluki Mr Interupsi. Julukan ini melekat pada diri Sabam yang pernah menginterupsi sidang MPR saat pemerintahan Orde Baru. "Sesuatu yang sangat mengejutkan ketika itu," ucap dia.
Sabam juga seorang yang menolak menyembunyikan statusnya sebagai seorang kristiani. Di sisi lain, dia juga kerap memperjuangkan masyarakat muslim.
Gomar mencontohkan kejadian ketika Sabam bersuara keras menentang praktik Orde Baru yang melakukan sensor khotbah Jumat di masjid. Sabam juga mendukung kemerdekaan Palestina dan lantang membela perjuangan Irak.
Sabam, dia melanjutkan, seorang yang menganggap politik itu suci. Sabam yang mempercayai politikus harus menjadi garam dan terang dunia.
“Kita harus mampu mengedepankan kehadiran kita sebagai 'garam dan terang' dunia, perlu banyak berbuat tetapi tidak perlu pamer. Janganlah tangan kirimu tahu apa yang dilakukan oleh tangan kananmu," demikian pernyataan Sabam Sirait yang ditulis Gomar.