TEMPO.CO, Jakarta - Politikus senior PDI Perjuangan, Sabam Sirait, meninggal pukul 22.37 WIB, Rabu, 29 September 2021. Sabam mengembuskan napas terakhir pada usia 84 tahun di Rumah Sakit Siloam Karawaci, Tangerang.
"Telah berpulang ke rumah Bapa di surga Bapak Sabam Sirait," demikian bunyi keterangan menantu Sabam, Putra Nababanm yang diterima Tempo, Kamis, 30 September 2021.
Sabam terakhir tercatat sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari Provinsi DKI Jakarta periode 2019-2024. Dia meninggal di usia 85 tahun.
Sabam meninggalkan empat anak, empat menantu, dan delapan cucu. Sabam lahir di Pulau Simardan, Tanjungbalai, Sumatera Utara pada 13 Oktober 1936.
Presiden Joko Widodo alias Jokowi memberikan penghargaan Bintang Mahaputra Utama kepada Sabam Sirait pada 2015.
Menjadi politisi bukan tujuan hidup Sabam Gunung Panangian Sirait, demikian nama lengkapnya. Sulung empat bersaudara ini tadinya diharapkan ayahnya, Fridrik Hendrik Sirait, menjadi guru atau polisi. Tapi Sabam memilih Fakultas Hukum Universitas Indonesia, meski pelahap buku Bertrand Russel ini tak menyelesaikan kuliahnya karena kesibukan berorganisasi.
Profesi sebagai pekerja politik dimulai pada 1961, ketika terpilih menjadi Sekretaris Dewan Pengurus Pusat Partai Kristen Indonesia (Parkindo). Ayah empat anak kelahiran Tanjungbalai, Sumatra Utara, 13 Oktober 1936 ini kemudian menjadi sekjen tahun 1967.
Pada tahun itu juga, Sabam Sirait terpilih menjadi anggota parlemen (DPR) sampai 1977. Dalam dua pemilu berikutnya, dia gagal menjadi anggota DPR. Dalam dua periode itu (1983-1992), politisi yang mengakui pemikirannya banyak dipengaruhi paham sosialis ini menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA).
Baca juga: Sabam Sirait Dikenal Suarakan Perlunya UU Antimonopoli Sejak 1970-an