TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mengatakan pemerintah tidak terlalu khawatir akan potensi tren penularan Covid-19 saat pembelajaran tatap muka (PTM) mulai dilakukan. Sebab, ujar dia, pemerintah sudah menyiapkan strategi surveilans untuk mengevaluasi pelaksanaan sekolah tatap muka.
"Saya lebih khawatir lagi bahwa baru 40 persen dari sekolah yang menyelenggarakan PTM. Jadi, ada 60 persen sekolah yang sebetulnya sudah boleh PTM, namun belum melakukan PTM," ujar Nadiem dalam konferensi pers daring, Senin, 27 September 2021.
Ia menuturkan pemerintah lebih khawatir jika terjadi learning loss. Learning loss adalah hilangnya kemampuan akademik pengetahuan atau keterampilan peserta didik karena terlalu lama tidak sekolah tatap muka.
"Riset sejumlah institusi dunia sudah menunjukkan betapa menyeramkan learning loss yang bisa terjadi, apalagi siswa SD dan PAUD, kalau sekolah tatap muka ini tidak dilakukan," ujarnya.
Sebelumnya, Kemendikbudristek menyebut sebanyak 2,8 persen atau 1.296 satuan pendidikan melaporkan warga sekolah mereka pernah tertular Covid-19. Jumlah itu berdasarkan hasil survei terhadap 46.500 sekolah sejak 20 Juli 2020 hingga 20 September 2021.
Menurut Nadiem, angka 2,8 persen itu sudah sangat kecil. "Apalagi itu akumulasi sejak 14 bulan terakhir, bukan saat PTM terjadi," ujarnya.
Ia menyatakan pemerintah ke depan akan melakukan surveilans dan evaluasi berkala untuk memastikan PTM berjalan dengan aman. Di antaranya, Kemendikbud bekerja sama dengan Kemenkes akan melakukan random sampling.
Pemerintah akan menutup sekolah jika ditemukan kasus Covid-19 lebih dari 5 persen di sekolah. "Kami juga akan melakukan integrasi PeduliLindungi dan mengimplementasikan program itu di sekolah," ujar Menteri Nadiem Makarim.
Baca juga: Sekolah Tatap Muka, Orang Tua Diminta Awasi Anak
DEWI NURITA