Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kapal Perang Cina Masuk Laut Natuna, Pengamat Ingatkan RI Harus Perkuat Armada

Reporter

image-gnews
Cuplikan video sebuah kapal perang Cina yang diambil oleh nelayan tradisional di Laut Natuna Utara, Senin, 13 September 2021. Nelayan melaporkan berpapasan dengan enam kapal China, salah satunya destroyer Kunming-172 di dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia. Instagram/War_zone_update
Cuplikan video sebuah kapal perang Cina yang diambil oleh nelayan tradisional di Laut Natuna Utara, Senin, 13 September 2021. Nelayan melaporkan berpapasan dengan enam kapal China, salah satunya destroyer Kunming-172 di dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia. Instagram/War_zone_update
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studios (ISESS), Khairul Fahmi mengingatkan pemerintah untuk waspada dan memperkuat armada laut setelah sejumlah kapal perang  Cina diduga berlayar di Laut Natuna Utara.

Khairul menyebut, perairan laut Natuna Utara merupakan Zona Ekonomi Eksklusif dimana Indonesia memiliki hak berdaulat untuk mengelolanya, tapi bukan perairan teritorial atau kedaulatan Indonesia. Semua negara memiliki hak lintas.

"Tapi kita tahu, Cina sampai saat ini berada dalam posisi tidak mengakui UNCLOS 1982, mengklaim bahwa mereka punya hak untuk mengelola sumber daya alam di perairan Natuna Utara yang bersinggungan dengan ZEE Indonesia berdasar 'sembilan garis putus-putus' yang sebaliknya tak diakui oleh Indonesia," ujar Khairul saat dihubungi Tempo, Senin, 20 September 2021.

Dengan dasar itu, ujar dia, kapal-kapal nelayan Cina beroperasi di kawasan Natuna Utara dan kapal perang Cina maupun Coast Guard beroperasi di sana dengan alasan melindungi kapal-kapal nelayannya.

"Dalam hal ini Indonesia tentu harus waspada dan berhati-hati dalam menyikapi aksi bertendensi provokasi itu. Bagaimana pun pemerintah tak bisa serta merta melakukan penanganan secara militer, mengingat wilayah itu bukan wilayah kedaulatan Indonesia. Maka prioritasnya adalah menjamin keselamatan para nelayan domestik di kawasan Natuna," tuturnya.

Dalam hal ini, ujar dia, Badan Keamanan Laut (Bakamla) sebagai ujung tombak dari upaya-upaya pengamanan, keselamatan, dan penegakan hukum di laut harus diperkuat. Di antaranya, dengan menambah armada kapal patroli untuk menjangkau wilayah perairan Indonesia yang luas dan kapal ukuran besar yang bisa menjangkau laut dalam di ZEE Indonesia.

"Selain menambah jumlah armada, pemerintah perlu membangun pos-pos yang dapat dimanfaatkan untuk pemantauan agar dapat segera menjangkau lokasi jika terjadi insiden ataupun pelanggaran," ujarnya.

Di sisi lain, lanjut Khairul, TNI AL juga harus terus mengintensifkan penjagaan perbatasan laut. "Karenanya armada juga harus diperkuat. Di antaranya dengan menambah kapal-kapal perang yang memiliki kemampuan penangkalan (efek deteren) memadai seperti melalui rencana pembangunan kapal fregat ringan serbaguna tipe Arrowhead 140," ujarnya.

Indonesia melalui PT. PAL (Persero) sebelumnya telah meneken kontrak kerja sama pembelian lisensi untuk produksi kapal perang fregat Arrowhead 140 dengan industri pertahanan Inggris, Babcock International.

Lisensi desain itu akan digunakan PT PAL untuk membangun dua unit fregat di Indonesia dengan modifikasi desain untuk TNI AL. "Nantinya PT PAL akan membangun dua unit kapal dengan masa pengerjaan sekitar enam tahun. Jadi jika pengerjaan dilakukan mulai 2021, maka kira-kira baru akan tuntas pada sekitar tahun 2027 atau 2028," ujar Khairul.

Saat ini, ujar dia, Indonesia memiliki 7 fregat aktif. Namun lima di antaranya yang termasuk dalam kelas Ahmad Yani (Bekas Van Speijk AL Belanda) akan dipensiunkan secara bertahap. Dua fregat lainnya adalah kapal Kelas Sigma yang merupakan proyek kerjasama PT PAL dengan Damen Schelde Naval Shipbuilding Belanda. Jumlah ini dinilai masih di bawah target pencapaian kebutuhan kekuatan pokok minimum TNI yang mestinya dicapai pada 2024, yaitu 16 kapal jenis fregat.

"Apakah dapat mengimbangi ancaman kapal perang Cina di Natuna? Pengadaan kapal jenis fregat ini tidak disiapkan secara spesifik untuk menghadapi ancaman itu. Kapal-kapal ini nantinya akan memperkuat armada TNI AL untuk mengamankan tiga alur laut dan menjaga perbatasan, termasuk di perairan Natuna," ujar Khairul.

Sebelumnya, sejumlah nelayan mengaku berpapasan dengan enam kapal perang Cina pada Senin, 13 September 2021. Salah satu kapal perang Cina yang dapat diidentifikasi adalah destroyer Kunming-172. Para nelayan merekam peristiwa itu dari koordinat 6.17237 Lintang Utara dan 109.01578 Bujur Timur yang masuk Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia.

Kepala Bagian Humas dan Protokol Badan Keamanan Laut (Bakamla) Kolonel Wisnu Pramandita menyebut kapal perang Cina tersebut hanya melintas di Laut Natuna Utara tidak melakukan pelanggaran.

Untuk memastikan keamanan di sekitar Laut Natuna, Bakamla dan TNI AL melakukan patroli. “Juga melakukan pengamatan dengan sistem AIS (Automatic Identification System) dan VIIRS (Visible Infrared Imaging Radiometer Suite) lewat satelit,” ujar Wisnu, kemarin.

DEWI NURITA | FRISKI RIANA

Baca: Gerindra: Prabowo Bawa Teknologi Kapal Perang Inggris, Cina Akan Gemetar

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

2 hari lalu

Beberapa nelayan Natuna yang ditangkap di Malaysia. Foto Istimewa
Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

Tiga kapal nelayan Indonesia asal Natuna ditangkap oleh penjaga laut otoritas Malaysia. Dituding memasuki perairan Malaysia secara ilegal.


Bedah Buku Karya KSAL, Bamsoet Tegaskan Dukung Peningkatan Alutsista

2 hari lalu

Bedah Buku Karya KSAL, Bamsoet Tegaskan Dukung Peningkatan Alutsista

Peningkatan Alutsista sangat diperlukan seturut posisi Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.


Mengenal Bintang Jalasena, Penghargaan TNI AL yang Berjiwa Kesatria

5 hari lalu

Sejumlah prajurit Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL berjalan saat mengikuti Upacara Pengukuhan Komando Armada RI (Koarmada RI) di Dermaga Koarmada I Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta, Kamis 3 Februari 2022. Laksamana TNI Yudo Margono meresmikan pembentukan Koarmada RI serta mengukuhkan Laksamana Madya TNI Agung Prasetiawan sebagai Panglima Koarmada RI yang pertama. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Mengenal Bintang Jalasena, Penghargaan TNI AL yang Berjiwa Kesatria

Tak hanya prajurit TNI AL, Bintang Jalasena juga diberikan kepada WNI bukan prajurit, bahkan WNA yang telah berjasa.


Bentrok TNI AL dan Brimob di Sorong, Mabes Polri: Penyelesaian Berjalan Baik

6 hari lalu

Suasana di Kota Sorong saat TNI AL bentrok dengan Brimob Polri. TEMPO/Istimewa
Bentrok TNI AL dan Brimob di Sorong, Mabes Polri: Penyelesaian Berjalan Baik

Mabes Polri bungkam untuk penjelasan berikutnya perihal proses hukum terhadap anggota Brimob yang terlibat bentrok.


TNI AL Kerahkan Kapal Perang untuk Evakuasi Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang

6 hari lalu

Erupsi Gunung Ruang di Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Sulawesi Utara, Rabu, 17 April 2024. Data PVMBG menyebutkan selama kurun waktu 24 jam terakhir sudah terjadi lima kali erupsi dengan ketinggian 1.800 meter hingga 3.000 meter dari puncak Gunung Ruang. Foto: X/@infomitigasi
TNI AL Kerahkan Kapal Perang untuk Evakuasi Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang

TNI AL mengerahkan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Kakap-811 untuk mengevakuasi masyarakat terdampak erupsi Gunung Ruang.


Bentrok TNI AL Vs Brimob di Sorong Berakhir Damai, Patroli Bersama Digalakkan Usai Baku Pukul

6 hari lalu

Kapolda Papua Barat bersama pimpinan TNI memberikan keterangan pres terkait kasus bentrok antara personel TNI AL dan anggota Brimob di Polresta Sorong Kota, Ahad, 14 April 2024. Foto: ANTARA/Yuvensius Lasa Banafanu
Bentrok TNI AL Vs Brimob di Sorong Berakhir Damai, Patroli Bersama Digalakkan Usai Baku Pukul

Pasca-bentrokan antara Brimob dan TNI AL di Pelabuhan Sorong, diketahui sebelumnya di beberapa daerah di Indonesia, konflik serupa pernah terjadi.


Bentrok TNI AL dan Brimob di Sorong, Pengamat Singgung Cara Pandang Keliru tentang Jiwa Korsa

7 hari lalu

Suasana di Kota Sorong saat TNI AL bentrok dengan Brimob Polri. TEMPO/Istimewa
Bentrok TNI AL dan Brimob di Sorong, Pengamat Singgung Cara Pandang Keliru tentang Jiwa Korsa

Menurut Al Araf, TNI dan Polri harus mengubah pola pikir tentang jiwa korsa untuk menghentikan bentrok TNI vs Polri yang kerap terjadi.


Top 3 Hukum: Admin Akun IG Ikut Jadi Tersangka Kasus Perselingkuhan Anggota TNI, Bentrok Brimob - TNI AL Dinilai Memalukan

7 hari lalu

Satreskrim Polresta Denpasar menggiring tersangka Hari Soeslistya Adi, 38 tahun, admin akun Instagram @ayoberanilaporkan6, dalam kasus UU ITE usai menggelar konferensi pers di Mapolda Bali, Denpasar, Senin, 15 April 2024. Foto: ANTARA/Rolandus Nampu
Top 3 Hukum: Admin Akun IG Ikut Jadi Tersangka Kasus Perselingkuhan Anggota TNI, Bentrok Brimob - TNI AL Dinilai Memalukan

Admin akun Instagram @ayoberanilaporkan6 ikut terseret dalam kasus dugaan perselingkuhan anggota TNI di Polres Denpasar.


Bentrok Brimob-TNI AL di Papua Dinilai Memalukan, Kompolnas: Jiwa Korsa yang Kebablasan

8 hari lalu

Suasana di Kota Sorong saat TNI AL bentrok dengan Brimob Polri. TEMPO/Istimewa
Bentrok Brimob-TNI AL di Papua Dinilai Memalukan, Kompolnas: Jiwa Korsa yang Kebablasan

Kompolnas menyebut bentrokan antara anggota Brimob dan TNI AL di Sorong, Papua Barat, peristiwa yang memalukan


Pengamat Sebut Bentrok TNI vs Polri di Sorong Tak Boleh Dianggap Hanya karena Salah Paham, Ini Alasannya

8 hari lalu

Suasana di Kota Sorong saat TNI AL bentrok dengan Brimob Polri. TEMPO/Istimewa
Pengamat Sebut Bentrok TNI vs Polri di Sorong Tak Boleh Dianggap Hanya karena Salah Paham, Ini Alasannya

Polda Papua Barat akan menyelidiki penyebab terjadinya bentrok TNI vs Polri di Sorong.