TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan menyatakan tak mengalokasikan anggaran khusus untuk influencer dalam pemberian informasi vaksin Covid-19.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan adanya andil influencer hanya sebagai bentuk tanggung jawab sosial.
"Kami tidak spesifik ya untuk merekrut atau mengalokasikan anggaran untuk influencer ini. Jadi memang lebih pada gotong royong bersama," ujar Siti Nadia melalui diskusi daring pada Rabu, 15 September 2021.
Mengacu pada hasil survei yang dilakukan Change.org Indonesia bersama KawalCovid19 dan Katadata Insight Center, peran influencer sebagai pemberi informasi, kurang dipercaya. Mereka hanya memperoleh 3,7 persen suara.
Sedangkan untuk pihak yang dipercaya oleh masyarakat adalah WHO dan CDC dengan 48,6 persen dan Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 dengan 48,2 persen.
Kemudian untuk medium penyampaian informasi, tercatat 56,6 persen masyarakat menggunakan media sosial pemerintah pusat. Disusul kanal informasi publik non-pemerintah dengan 54,2 persen dan pemberitaan atau iklan di televisi dengan 47,6 persen.
Siti Nadia mengakui kementeriannya memang menyiapkan dana khusus untuk menyebarkan informasi vaksin Covid-19 melalui iklan.
"Untuk media iklan atau placement di media cetak, masih ada anggaran khusus," kata Siti Nadia.