TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini ihwal potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan longsor, menyusul prediksi musim hujan yang datang lebih awal dari biasanya pada 2021.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meminta agar peringatan tersebut menjadi perhatian bersama. “Terutama di wilayah-wilayah rawan banjir, tanah longsor, dan tanah bergerak seiring intensitas curah hujan yang akan terus semakin meninggi,” kata dia mengutip Antara, Senin, 13 September 2021.
Dwikorita memprediksi sejumlah wilayah di Indonesia akan mengalami musim hujan lebih besar dari biasanya. Daerah itu ialah sebagian Aceh, Sumatera Utara, Sumatra Barat, Riau bagian selatan, Jawa, Bali-Nusa Tenggara. Lalu Kalimantan Utara, Kalimantan Timur bagian barat hingga selatan, Sulawesi, Maluku Utara bagian barat, Pulau Seram bagian selatan dan Papua bagian selatan.
BMKG mengimbau pemerintah setempat dan warga untuk mewaspadai, mengantisipasi, dan memitigasi lebih awal guna menghindari dan mengurangi risiko bencana. "Puncak musim hujan periode 2021/2022 sendiri diprediksi terjadi pada Januari dan Februari 2022," tutur Dwikorita.
Dwikorita menjabarkan dari total 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 14,6 persen diprediksi mengawali musim hujan pada September 2021. Daerah itu meliputi Sumatera bagian tengah dan sebagian Kalimantan.
Kemudian 39,1 persen wilayah pada Oktober 2021 yang meliputi Sumatera bagian selatan, sebagian besar Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Bali. Sementara itu, sebanyak 28,7 persen wilayah lainnya pada November 2021 yang mencakup sebagian Lampung, Jawa, Bali - Nusa Tenggara, dan Sulawesi.
“Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologis awal musim hujan pada periode 1981-2010, maka awal musim hujan 2021/2022 di Indonesia diprakirakan maju pada 157 ZOM (45,9 persen), sama pada 132 ZOM (38,6 persen), dan mundur pada 53 ZOM (15,5 persen),” ujar dia.
Awal September ini, sudah ada beberapa daerah yang mengalami bencana hidrometeorologi. Peristiwa banjir bandang terjadi di Desa Inerie, Kecamatan Inerie, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur pada Sabtu, 4 September.
Di Sulawesi, banjir akibat intensitas hujan tinggi terjadi di Kecamatan Mapili, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat yang menyebabkan 300 jiwa terdampak. Lalu ada 531 jiwa di beberapa desa di Kecamatan Tomilito, Gorontalo Utara terdampak akibat banjir yang merendam rumah.
Penduduk terdampak banjir terbanyak dilaporkan ada di Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Banjir yang terjadi pada Sabtu, 11 September membuat 2.021 jiwa terdampak walaupun belum ada yang mengungsi lantaran air masih menggenangi rumah warga dengan ketinggian 30-50cm.
Bahkan dalam penanganan banjir, Provinsi Kalimantan Tengah telah menetapkan status tanggap darurat. Hal tersebut disebabkan masih banyak daerah terdampak banjir atau bencana hidrometeorologi.
Baca juga: Longsor di Bogor, BNPB Minta Pemerintah dan Pengusaha Jamin Keselamatan Warga