TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri Inspektur Jenderal Martinus Hukom menyatakan situasi pandemi Covid-19 tak membuat eksistensi kelompok teroris meredup.
Menurut dia, para kelompok teroris justru memanfaatkan momen pandemi Covid-19 untuk semakin menunjukkan aksinya. "Sama sekali tidak (meredup). Mereka menggunakan isu-isu pandemi ini sebagai trigger untuk memotivasi kelompoknya bergerak," ujar Martinus melalui diskusi daring pada Selasa, 31 Agustus 2021.
Martinus mencontohkan, kelompok teroris mengangkat isu pandemi Covid-19 adalah sebuah buatan sebagai tanda menuju akhir zaman. Di mana jamaah kelompok teroris bakal diharuskan menyiapkan diri menyambut adanya akhir zaman.
"Lalu kami lihat ada persiapan-persiapan membuat bom, seperti kami tangkap di Brebes dan Kendal, Ambon. Itu semua adalah upaya mempersiapkan datangnya akhir zaman," kata Martinus.
Contoh lain adalah di Jamaah Islamiyah (JI), mereka mengangkat kelemahan pemerintah dalam menanggulangi Covid-19 harus dimanfaatkan untuk beraksi. JI bahkan sampai mempersiapkan pasukan dan membeli senjata.
Selain itu JI juga membawa isu jika Covid-19 diakibatkan oleh Cina, sehingga mereka menargetkan pengusaha Cina. "Namun setelah operasi kami yang masif dan terus menerus, kami dapat mencegah menangkap dan sampai bulan ini. Kami sudah menangkap kurang lebih 309 orang," ucap Martinus.
Pada pertengahan Agustus 2021, Densus 88 meringkus 53 terduga teroris di sejumlah wilayah Indonesia. 50 di antaranya merupakan anggota JI, sedangkan sisanya yakni tiga orang, adalah anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Baca juga: Mantan Tokoh JI Apresiasi Aksi Densus 88 yang Tangkap Puluhan Terduga Teroris
ANDITA RAHMA