TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh menilai saat ini partai politik tengah menghadapi situasi yang tidak mudah. Dalam pidato kebangsaan di acara Perayaan 50 Tahun Centre of Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia, Senin, 23 Agustus 2021, Surya menanggapi pertanyaan soal bagaimana partai politik mengedepankan nilai-nilainya di tengah situasi penurunan keanggotaan, kepercayaan publik rendah, dan masalah internal, seperti korupsi dan permasalahan hukum.
Ia menjelaskan jika suatu partai politik inkonsisten terhadap cita-cita utama mendirikan partai politik maka akan sangat sukar untuk menjawab persoalan itu. “Kalau ada konsisten, ada budaya malu melakukan hal yang semestinya tidak kita lakukan (korupsi), seberat apa pun permasalahan yang kita hadapi, yang penting kita ada optimisme,” kata Surya Paloh.
Surya menilai konsistensi dan optimistis tersebut dapat terganggu karena perdebatan dan pergeseran kaderisasi di partai politik itu sendiri. Salah satu perdebatan yang muncul ialah soal politik tanpa mahar. “Ada perdebatan di antara kita ketika politik tanpa mahar dianggap main-main,” ujar Surya.
Ia menambahkan politik tanpa mahar sering dianggap kebohongan dan nihilisme. Sementara ada partai yang berupaya secara ikhlas, jujur, tulus untuk menjalankan politik tanpa mahar itu sebagai suatu sumbangsih pendidikan politik.
Dalam pidato tersebut Surya menuturkan butuh kesabaran dan konsistensi dalam menjalankan nilai-nilai tersebut. “Kita sudah terjebak dengan slogan kosong dan pendekatan kulit luar yang serba artificial,” ujar Surya.
Lebih lanjut, ia mengatakan sepanjang partai politik berorientasi pada kemenangan semata, berbagai cara akan dilakukan tanpa mengindahkan nilai-nilai sportifitas dalam mencapai tujuan tersebut. Ia pun menggarisbawahi jika Indonesia telah masuk kompetisi bebas. “Tidak ada tempat lagi untuk mendapatkan problem solving melalui musyawarah mufakat,” ujarnya.
Menurut Surya Paloh, kini semua seolah terjebak pada pragmatisme yang bersyarat materialistik. Ia pun menyoroti ihwal masih banyak pejabat yang melakukan pendekatan dengan label keagamaan. “Kita bertopeng seakan-akan kita pantas dihargai, dengan label keagamaan, religius,” kata Ketua Umum NasDem itu.
Baca juga: Kisah Bisnis Surya Paloh dan Sonangol, Bermula dari Salon Cukur Rambut
SRI RAHMAWATI