TEMPO.CO, Yogyakarta - Di atas kursi roda, Ketua Yayasan Center for Improving Qualified Activity in Live of People with Disabilities (Ciqal), Suryatiningsih Budi Lestari, mengikuti rapat online koalisi masyarakat sipil yang membantu kelompok marjinal agar bisa mengakses vaksinasi Covid-19 pada Sabtu, 14 Agustus 2021.
Nuning, sapaan akrab Suryatiningsih, menceritakan sulitnya penyandang disabilitas mengakses vaksinasi. Dari 29 ribu penyandang disabilitas di Daerah Istimewa Yogyakarta, belum semua mendapatkan vaksinasi. Bahkan, kata dia, data dari Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta itu tak komplit. Pemerintah hanya mencatat jumlah angka, bukan mencatat nama dan alamat tiap orang.
Ia menuturkan sebagian besar penyandang disabilitas kesulitan untuk menuju tempat vaksin, misalnya pusat kesehatan masyarakat. Nuning mencontohkan beratnya penyandang disabilitas ragam Cerebral Palsy atau lumpuh otak yang menggunakan kursi roda. “Tidak aksesibel. Banyak yang terabaikan,” kata Nuning.
Lewat forum itu, Nuning mengungkapkan sebagian penyandang disabilitas yang tinggal di pelosok desa tak punya biaya transportasi untuk menuju sentra-sentra vaksinasi. Keluhan lainnya adalah relawan yang membantu penyandang disabilitas belum mendapatkan pelatihan. Pembekalan itu perlu agar relawan bisa menangani penyandang disabilitas, misalnya saat membantu mereka yang berada di kursi roda.
Nuning memang dikenal aktif mengadvokasi penyandang disabilitas. Perempuan 55 tahun ini juga punya keterbatasan fisik. Ia lumpuh akibat terkena polio saat masih berusia 10 bulan.
Ketua Yayasan Center for Improving Qualified Activity in Live of People with Disabilities (Ciqal), Suryatiningsih Budi Lestari mengikuti vaksinasi di GOR Universitas Negeri Yogyakarta (Dokumentasi Suryatiningsih)
Ia berkisah pernah ditolak saat mendaftar di Sekolah Menengah Atas Negeri di Yogyakarta hanya karena nilainya tidak komplit. Keterbatasan fisik membuatnya tidak mendapatkan nilai di bidang olahraga. Ia berontak dan terus mendaftar di sekolah umum. Dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, Nuning mengenyam pendidikan di sekolah dan kampus umum.
Advokasi Nuning untuk para penyandang disabilitas bukan baru-baru ini saja. Sejak tujuh tahun lalu, ia sudah aktif menggalang suara agar pemerintah daerah membuat peraturan yang ramah terhadap mereka yang punya keterbatasan. Namun, ia mengatakan pandemi Covid-19 memang mengharuskannya membantu para penyandang disabilitas lebih keras lagi. Sebab, para penyandang memiliki keterbatasan tak hanya fisik, tetapi juga informasi dan akses ke pemerintah.
Di beberapa kesempatan, dia mempertemukan penyandang disabilitas dengan dokter untuk berkonsultasi boleh tidaknya divaksin. Dia juga menggandeng jaringan filantropi untuk membantu menyediakan transportasi bagi penyandang disabilitas ke tempat vaksinasi.
Nuning menyambut baik upaya kelompok masyarakat sipil untuk membantu penyandang disabilitas mengakses vaksinasi Covid-19. Kelompok masyarakat sipil yang menamakan Sentra Vaksin Warga ini menyasar kelompok marjinal dengan target vaksinasi seribu orang. Mereka yang disasar adalah transpuan, penyandang disabilitas, Orang dengan HIV AIDS, dan warga yang tinggal di pinggir Sungai Code dan Winongo. Mereka menekankan vaksinasi hak setiap warga negara, termasuk kelompok marjinal.
Pegiat organisasi masyarakat sipil itu bahkan menemui Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi untuk melobi agar Pemerintah Kota Yogyakarta mengalokasikan vaksin untuk kelompok terpinggirkan. Kepada sejumlah pegiat Sentra Vaksin Warga itu, Heroe meminta agar koalisi tersebut menyerahkan data calon penerima vaksin sesuai nama dan alamat. “Kami minta kebijakan khusus untuk kelompok marjinal tak ber-KTP,” kata Budhi Hermanto, salah satu pegiat Sentra Vaksin Warga.
Baca juga: Sebab Vaksinasi Covid-19 Kurang Mengena ke Kelompok Disabilitas