TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah memutuskan untuk mengeluarkan indikator angka kematian dari komponen pengamatan terhadap penanganan Covid-19 di Tanah Air.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, pemerintah tidak memakai data kematian sebagai indikator untuk melakukan evaluasi terhadap Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 dan PPKM Level 3 di sejumlah daerah.
Luhut mengatakan data kematian yang dilaporkan selama ini ternyata tidak akurat karena input data yang merupakan akumulasi angka kematian selama beberapa minggu sebelumnya. "Sehingga menimbulkan distorsi dalam penilaian,” kata Luhut dalam konferensi pers yang disiarkan di Youtube Kemenko Marves, Senin 9 Agustus 2021.
Tingginya angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Data dari Kementerian Kesehatan RI memperlihatkan bahwa angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia terus mengalami peningkatan. Data terakhir dari covid19.go.id, pada 10 Agustus 2021, dilaporkan ada 2.048 kasus kematian
Jumlah penambahan kasus tersebut membuat jumlah kematian di Indonesia resmi bertambah menjadi 100 ribu orang atau tepatnya 110.619 jiwa meninggal selama pandemi.
Sejak pertengahan Juli 2021, angka kematian akibat COVID-19 mencapai di atas 1.000 jiwa per hari. Temuan kasus tersebut juga membuat Indonesia menempati posisi pertama sebagai negara dengan jumlah peningkatan kasus tertinggi sejak 12 Juli 2021 berdasarkan perhitungan World O' Meters. Jumlah kematian tersebut tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Laman Covid19.go.id mengungkapkan tingginya kasus kematian antara lain disebabkan pasien COVID-19 yang datang ke rumah sakit telah bergejala berat - kritis, pasien melakukan isolasi mandiri tanpa pemantauan tenaga kesehatan, terlambat mendapat penanganan medis, hingga situasi keterbatasan kapasitas tempat tidur rumah sakit dan oksigen.
Kelompok pemantau yang tergabung dalam LaporCovid19 mengungkapkan data kematian yang selama ini diumumkan oleh pemerintah tidak menggambarkan dampak yang sebenarnya dari pandemi Covid-19. Karena jumlah kematian yang diumumkan pemerintah pusat ternyata masih jauh lebih sedikit dibanding data yang dilaporkan pemerintah daerah.
Pemerintah seharusnya, menurut Tim LaporCovid19 juga mempublikasikan jumlah warga yang meninggal dengan status probable, sehingga bisa secara akurat menggambarkan dampak pandemi yang terjadi.
Data tim LaporCovid19 mencatat ada lebih dari 19.000 kematian yang sudah dilaporkan oleh pemerintah kabupaten/kota, tapi tak tercatat di data pemerintah pusat.
Data dari 510 pemerintah kabupaten/kota yang dikumpulkan tim LaporCovid19 menunjukkan, hingga 7 Agustus 2021, terdapat 124.790 warga yang meninggal dengan status positif Covid-19.
Pada saat yang sama, jumlah kematian positif Covid-19 yang dipublikasikan pemerintah pusat tercatat sebanyak 105.598 orang. Artinya, antara data pemerintah kabupaten/kota dengan pemerintah pusat, terdapat selisih 19.192 kematian.
Data laporCovid19 Per 7 Agustus 2021, 10 provinsi dengan jumlah kematian terbesar adalah sebagai berikut:
Jawa Tengah 31.914
Jawa Timur 2.297
Jawa Barat 16.534
DKI Jakarta 12.750
DI Yogyakarta 4.737
Kalimantan Timur 3.886
Riau 2.828
Lampung 2.603
Banten 2.437
Bali 2.385
Sebanyak 10 provinsi tersebut merepresentasikan 82,5% jumlah kematian positif Covid-19 di Indonesia.
Meskipun selama ini epicentrum persebaran kasus sering terjadi di Jawa, jumlah kematian yang terjadi tidak hanya terpusat di Jawa. Berbagai daerah, seperti Kalimantan, Bali, Sumatra, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Sulawesi, dan Papua turut menyumbang penambahan kasus tersebut.
Fatality rate atau tingkat kematian di Indonesia juga mengalami peningkatan. Indonesia telah menggeser posisi Brazil sebagai negara dengan tingkat kematian paling tinggi. Per 2 Juli 2021, Indonesia tingkat kematian akibat Covid-19 di Indonesia telah menyentuh angka 2,8 persen. Artinya, sebanyak 3 orang dari 100 orang terinfeksi Covid-19 di Indonesia meninggal. Jumlah ini lebih tinggi daripada rata-rata internasional, yakni sebesar 2,13 persen.
BANGKIT ADHI WIGUNA
Baca juga: Vaksinasi Paling Buncit, Tingkat Kematian Covid-19 di Lampung Tertinggi