TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, mengatakan herd immunity atau kekebalan kelompok di Indonesia masih sulit tercapai. Salah satu alasan yang dikemukakan adalah efikasi vaksin yang digunakan di Indonesia tidak terlalu tinggi.
“Secara teoritis, sangat sulit mencapai herd immunity. Sebab, efikasi vaksin yang dipakai tidak terlalu tinggi dan varian virus yang bermutasi semakin cepat dan ganas,” kata Windhu dalam suatu acara Focus Group Discussion (FGD), Kamis, 5 Agustus 2020.
Windhu menjelaskan bahwa herd immunity bisa tercapai, sekalipun efikasi vaksin yang dipakai tidak terlalu tinggi. Namun, dengan catatan tidak ada mutasi virus yang lebih berbahaya. Windhu juga mengatakan bahwa cakupan vaksinasi tidak bisa cuma 70 persen, tetapi harus mencapai 100 persen.
“Saya sudah menyampaikan di depan Menkes dan Menko Marves. Secara teoritis, kita sulit bahkan tidak bisa mencapai herd immunity, kalau cakupan vaksinasi hanya 70 persen. Cakupannya harus 100 persen,” katanya.
Windhu juga menyatakan bahwa program vaksinasi tanpa diikuti penerapan prokes maka menjadi seuah usaha yang sia-sia.
“Tidak bisa vaksin saja. Pencegahan tambahan tetap penting. Kombinasi vaksinasi dan prokes akan menawarkan keuntungan terbaik. Vaksinasi tanpa prokes, ya tidak bisa terlindungi. Apalagi saat ini belum semua penduduk divaksin,” ujarnya.
EIBEN HEIZIER
Baca juga: Epidemiolog UGM: Herd Immunity di Indonesia Sulit Terjadi