TEMPO.CO, Jakarta -Setiap 23 Juli masyarakat Indonesia merayakan Hari Anak Nasional. Melansir dari Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia, perayaan Hari Anak Nasional (HAN) didasari dari sebuah ide guna mewujudkan kesejahteraan anak.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati mengatakan sejarah penetapan HAN melewati proses yang rumit. HAN awalnya diperngati tiap 6 Juni bertepatan dengan hari kelahiran Presiden Soekarno dan dinamakan Hari Kanak-Kanak Indonesia.
Setelah itu hari anak terus berubah. “Hingga nantinya diganti oleh Presiden Soeharto pada 1984 (lewat Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1984),” katanya dikutip dari laman resmi Pemeritah Provinsi Sulawesi Barat, Kamis, 22 Juli 2021.
Mengutip dari laman resmi Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak, HAN diperingati demi mewujdukan kepedulian pada anak Indonesia sehingga mereka bisa berkembang optimal. Caranya dengan mendorong keluarga menjadi lembaga pertama dan utama dalam memberikan perlindunga ini.
Pemerintah hakulyakin upaya ini akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, ceria, berakhlak mulia dan cinta tanah air di masa pandemi Covid-19.
Peringatan HAN di masa pandemi Covid-19 menjadi momentum untuk meningkatkan kepedulian semua pilar bangsa Indonesia, baik orang tua, keluarga, masyarakat, dunia usaha, media massa dan pemerintah terhadap pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak. Melalui kepedulian dalam menghormati, menghargai, dan menjamin hak-hak anak tanpa diskriminasi, serta memastikan segala hal yang terbaik untuk pertumbuhan dan perkembangan 79,55 juta anak Indonesia secara optimal
VALMAI ALZENA KARLA
Baca juga:
Ini 5 Kalimat yang Sebaiknya Tak Dikatakan Orang Tua kepada Anak