TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, mengusulkan agar ada media massa baru yang menjadi wadah pertemuan lintas iman. Usulan itu disampaikan dalam Sarasehan Media MUI, Rabu kemarin
Melansir dari laman MUI, Ahad, 18 Juli 2021, Mu’ti menyebut Indonesia belum memiliki media lintas iman yang cukup. Menurut dia, belum banyak media yang dikelola bersama-sama oleh masyarakat dari berbagai latar belakang agama.
“Selama ini interfaith masih dalam bentuk komunikasi masyarat. Misalnya ada bapak-ibu beragama Nasrani, Hindu, Budha, Konghuchu memiliki rumah masing-masing kemudian kita bertemu. Tetapi media yang dikelola bersama-sama lintas iman, itu masih kurang” ucap Mu’ti.
Mu’ti bercerita dulu sempat ada sejenis bersama lintas iman bernama Nabil Foundation. Namun, media itu kini sudah tidak lagi terdengar kiprahnya.
Nabil Foundation adalah yayasan nirlaba yang memiliki aktivitas memperkenalkan, menyebarluaskan, dan mengembangkan doktrin penyerbukan silang antar budaya. Dalam melaksanakan kegiatannya, selain didukung oleh Dewan Pakar, yayasan ini juga menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, baik dari kalangan perguruan tinggi dan organisasi kemasyarakatan.
Keberadaan media lintas iman, kata Mu’ti, akan memperluas pemahaman masing-masing penganut agama. Sebab selama ini audiens media-media berbasis keagamaan cenderung homogen.
Menurut Mu’ti, masalah hubungan keagamaan saat ini adalah tidak terpublikasinya informasi secara lebih luas melebihi jangkauan selama ini. Kedua, mudahnya masalah sensitif di-framming dengan sudut pandang yang tidak tepat.
Maka dari itu, ucap Mu’ti, media lintas iman diperlukan sebagai jembatan komunikasi antaragama yang efektif dan berkelanjutan. Media lintas agama diharapkan dapat menciptakan kerukunan umat beragama.
M. RIZQI AKBAR
Baca juga:
Muhammadiyah Ungkap Skenario Triage Bencana Bila Kasus Covid-19 Terus Memburuk