TEMPO.CO, Jakarta - Koalisi Warga Lapor Covid-19 menyayangkan adanya ajakan untuk tidak mengunggah dan membagikan berita Covid-19. Propaganda tersebut beredar di aplikasi perpesanan serta di media sosial baru-baru ini.
Koordinator Lapor Covid-19, Irma Hidayana, mengatakan ajakan itu justru menghalangi masyarakat untuk mendapat informasi mengenai seriusnya pandemi. Dampaknya, masyarakat bisa menjadi tidak waspada terhadap Covid-19.
"Itu justru menutupi masyarakat dari informasi yang sebenarnya sehingga membuat mereka tidak waspada, tidak siap menghadapi dampak penularan ini," ujar Irma dalam konferensi pers, Ahad, 18 Juli 2021.
Irma mengatakan, ketidakwaspadaan bisa membuat masyarakat mengendurkan protokol kesehatan. Masyarakat bisa jadi menilai kondisi saat ini baik-baik saja dan bisa disikapi dengan santai.
"Impact-nya adalah lagi-lagi, jangan kaget kalau masyarakat yang disalahkan tidak taat prokes," kata dia.
Menurut Irma, ketidaktahuan masyarakat harus diatasi dengan memberikan literasi pandemi yang tepat. Ia mengatakan pemerintah harus memastikan sosialisasi ihwal pencegahan Covid-19 berjalan baik.
"Kewaspadaan masyarakat menurun atau menjadi tidak waspada ketika tidak tahu bahaya yang terjadi di sekitar mereka," kata Irma.
Sebelumnya, beredar sejumlah poster digital berisi ajakan untuk tidak mengunggah berita-berita tentang pandemi Covid-19. Seruan dalam bentuk tertulis dengan pesan serupa juga menyebar lewat grup-grup WhatsApp.
Aliansi Jurnalis Indonesian (AJI) Indonesia menyatakan setidaknya ada sembilan poster digital dengan desain yang mirip dan mengatasnamakan warga Bojonegoro, Lamongan, Gresik, Purbalingga, Banyumas, Semarang, Yogyakarta, Majalengka, dan Cirebon.
Menurut AJI Indonesia, hal ini merupakan bagian dari propaganda keliru yang bisa membahayakan keselamatan publik. Sebab, ajakan tersebut disampaikan di saat wabah terjadi meluas dan menyebabkan warga sulit mendapatkan layanan fasilitas kesehatan yang sudah penuh pasien.
Ketua Umum AJI Indonesia Sasmito Madrim mengatakan, ajakan tersebut bisa menyebabkan masyarakat terjebak pada rasa aman palsu atau toxic positivity yang membuat mereka abai pada protokol kesehatan. Padahal, informasi yang akurat mengenai skala penularan dan dampak pandemi Covid-19 justru dibutuhkan warga untuk membangun kesiapsiagaan.
Lapor Covid-19 juga mendorong pemerintah untuk semakin terbuka soal data pandemi Covid-19. Misalnya menyangkut angka pengetesan atau testing di setiap kabupaten dan kota.
Irma mengatakan, Kemenkes hingga belum membuka data testing kabupaten dan kota di semua provinsi. Menurut dia, data-data tersebut perlu agar para ahli dapat membantu menghitung dan mencari formula pengendalian yang efektif di setiap wilayah.
BUDIARTI UTAMI PUTRI | FRISKI RIANA
Baca: Apresiasi Luhut Minta Maaf, Lapor Covid-19: Tapi Harus Diiringi Aksi Nyata