TEMPO.CO, Semarang - Ketersediaan obat untuk
pasien Covid-19 di rumah sakit di Kota Semarang menipis. Keterbatasan obat itu seperti terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah KMRT Wongsonegoro Kota Semarang. Padahal, rumah sakit tersebut kini merawat 500 pasien Corona.
Wakil Direktur Pelayanan RSUD Wongsonegoro, Lia Sasdesi Mangiri, menyebutkan sejumlah obat sulit diperoleh atau terlambat datang. "Saat ini beberapa obat untuk pasien Covid-19 susah didapat karena kosong di distributor," katanya pada Jumat, 9 Juli 2021.
Dia mencontohkan salah satu jenis obat yang mengalami kelangkaan yaitu
Remdesivir atau antivirus. Menurut dia, selama ini obat tersebut di import dari India. "Padahal di sana juga pandemi. Di sana juga butuh," kata dia.
Lia bersyukur, selama ini mendapat bantuan dari Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Provinsi Jawa Tengah untuk menutup kekurangan obat. "Jadi untuk pasien rawat inap kami alhamdulillah sampai saat ini masih bisa terpenuhi," tuturnya.
Kondisi serupa juga terjadi di Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Kota Semarang. Stok beberapa jenis obat di rumah sakit milik pemerintah pusat itu juga menipis. "Beberapa jenis obat yang terbatas," kata Hubungan Masyarakat RSUP dr Kariadi, Parna.
Namun, dia tak membeberkan obat jenis apa yang pasokannya terbatas di RSUP dr Kariadi. "Tak bisa kami sebut secara rinci," ujar dia. "Bagian farmasi yang memesan ke distributor sesuai kebutuhan."
Sementara itu, Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung juga melaporkan kehabisan sejenis obat Actemra untuk pasien Covid-19. “Actemra tidak ada, kami sedang meminta ke Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan,” kata Irayanti, pelaksana tugas Direktur Utama RSHS Bandung, Jumat 9 Juli 2021.
Selain itu, kata dia, persediaan beberapa obat lainnya dalam kondisi kritis. Selain meminta ke Kementerian Kesehatan, RSHS Bandung juga mencari sendiri. “Kalau (obat) yang lain masih tersedia hingga satu bulan ke depan,” ujarnya.
Adapun jumlah pasien Covid-19 di ruang intensif RS Hasan Sadikin Bandung kini mengalami peningkatan 30 persen sejak Mei lalu. Sementara di ruang isolasi melonjak hingga 50 persen. Rumah sakit rujukan vertikal itu hanya menangani pasien bergejala sedang hingga berat dengan total kapasitas ranjang 321 unit.
ANWAR SISWADI (BANDUNG)