TEMPO.CO, Yogyakarta - Kasus kematian pasien Covid-19 tak hanya terdeteksi di rumah sakit rujukan saja. Relawan di Yogyakarta mengungkap kini semakin sering menjemput jenazah baik suspect maupun positif Covid-19 yang meninggal saat isolasi di rumah masing-masing.
“Hari ini tadi sejak pagi kami sudah memulasarkan tiga jenazah yang isolasi mandiri di rumah masing-masing, semuanya dari Kabupaten Bantul,” ujar Koordinator tim penanganan jenazah infeksius Palang Merah Indonesia Bantul Yogyakarta Wisnu T. Wardhana kepada Tempo, Kamis 8 Juli 2021.
Wisnu mengatakan sudah dua pekan ini timnya yang terdiri atas enam orang, setiap hari memulasarkan sejumlah jenazah yang terpapar Covid-19. Ia lupa berapa jumlah pasti jumlah jenazah yang sudah ditangani.
“Tapi kalau sehari tiga orang ya ada, mereka meninggalnya saat isolasi mandiri semua. Ada yang statusnya benar-benar positif, ada yang masih suspect dan ada pula jenazah yang probable Covid-19,” ujar Wisnu.
Wisnu tak mengetahui jelas apa penyebab kematian masing-masing jenazah yang ia tangani bersama tim dengan prosedur protokol kesehatan itu. Apakah karena penyakitnya yang memburuk atau karena tak adanya penananganan medis memadai.
“Yang jelas sebagian besar jenazah itu tak mendapatkan akses dirawat di rumah sakit karena memang sudah penuh, jadi isolasi mandiri di rumah, sembari ditunggu keluarganya,”kata Wisnu.
Wisnu mengatakan usia jenazah para pasien isolasi itu ada yang masih muda dan tak sedikit yang sudah tua.
Tim penanganan jenazah infeksius PMI Bantul sendiri memiliki dua tim untuk pemulasaran jenazah Covid-19. Satu putra dan satu putri. Namun penanganan jenazah pasien Covid-19 tak hanya oleh PMI. Ada juga tim gabungan dari Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) dan Satuan Polisi Pamong Praja.
“Yang mengurus ruhti (pemulasaran jenazah) di Bantul kalau semuanya bisa tujuh tim lebih,” kata dia.
Sekretaris Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Kadarmanta Baskara Aji mengakui saat ini sudah tak ada satu pun rumah sakit rujukan Covid di DIY berada dalam kondisi ideal menangani lonjakan Covid-19.
“Ketersediaan ranjang semakin dalam posisi kritis, seluruh rumah sakit yang ada sekarang menanggung beban di luar kapasitas mereka,” kata Baskara Aji.
Aji mengatakan, akibat lonjakan Covid-19 dua pekan ini, hampir tak ada lagi instalasi gawat darurat (IGD) di rumah sakit yang menjalankan peran sesuai fungsinya.
“IGD-IGD rumah sakit sekarang sudah berubah fungsi semua jadi tempat perawatan pasien Covid-19,” ujarnya. Sebagai gantinya jika ada kasus kedaruratan, rumah sakit-rumah sakit itu mendirikan tenda di luar untuk pelayanan IGD.
“Saat ini kami berupaya mendirikan tenda-tenda agar dibangun rumah sakit, kami sudah mendapat bantuan dari BNPB setidaknya lima paket tenda plus bed daruratnya sebanyak 100 unit,” ujarnya.
Ketersediaan tempat tidur di 27 rumah sakit rujukan Covid-19 DIY semakin mengkhawatirkan. Keterpakaian ranjang isolasi sebesar 96,79 persen dan ranjang ICU 70,71 persen.
PRIBADI WICAKSONO
Baca: Kisah Warga Kesulitan Cari Obat di Tengah Lonjakan Kasus Covid-19