TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengakui bahwa sebelumnya sempat terjadi kekurangan suplai oksigen untuk kebutuhan medis bagi pasien Covid-19. Namun, ujar dia, pemerintah saat ini sudah mengupayakan suplai dari berbagai daerah, terutama untuk memenuhi kebutuhan di Pulau Jawa yang meningkat tajam.
"Suplai oksigen tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan oksigen medis saat itu (beberapa hari lalu), betul, tapi setelah dua tiga hari terakhir ini kami mobilisasi dari mana-mana, kami ambil dari Morowali 21 ton, kemarin sudah sampai di Jakarta dan hari ini sudah didistribusikan. Kemudian kita juga buka tadi oksigen yang ada di Cilegon dan Batam," ujar Luhut dalam konferensi pers daring, Selasa, 6 Juli 2021.
Selain itu, ujar dia, pemerintah juga meminta 100 persen oksigen dari industri untuk membantu sektor kesehatan. Oksigen ini akan diprioritaskan untuk kebutuhan pasien yang menjalani isolasi dan perawatan intensif.
"Sementara pasien dengan gejala ringan akan diberikan oxygen concentrator. Itu sekarang sudah ada kita pesan 10 ribu dan sebagian sudah mulai datang pakai pesawat Hercules dari Singapura. Dan juga akan kami pesan dari tempat lain, bila masih kurang," tuturnya.
Menurut Luhut, pemerintah akan berupaya menyiapkan kebutuhan oksigen dengan skenario terburuk 60-70 ribu kasus per hari. "Oksigen sampai hari ini kami hitung, sudah dibuat skenario oleh tim sampai 50 ribu kasus. Bahkan mungkin malah paling jelek, kami sudah bikin skenario sampai 60-70 ribu kasus per hari. Tetapi tentu kita tidak berharap itu terjadi," ujar dia.
Saat ini, kasus harian Covid-19 berkisar di angka 20 ribu kasus, bahkan kemarin menembus sampai 29 ribu kasus per hari. Berdasarkan data Kemenkes, saat ini total kebutuhan oksigen untuk perawatan intensif dan isolasi pasien Covid-19 mencapai 1.928 ton/hari, sementara kapasitas yang tersedia ada 2.262 ton/hari. Dengan demikian, ditargetkan untuk wilayah Jawa-Bali bisa mensuplai oksigen sebanyak 2.262 ton/hari.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut penyebab terjadinya kelangkaan stok oksigen di beberapa daerah disebabkan rantai distribusi yang belum optimal. Untuk itu, pemerintah mengupayakan agar penyaluran ke daerah-daerah yang kasusnya tinggi lebih dipercepat.
“Kami menyadari ada isu terkait distribusi. Karena memang di Jawa Tengah adalah daerah paling sedikit produksi oksigennya, paling banyak di Jawa Barat dan Jawa Timur, jadi kita harus ada logistik yang disalurkan ke sana,” ujarnya, kemarin.
Kesulitan lain yang dihadapi dalam proses distribusi oksigen, lanjut dia, adalah kurang liquidnya proses pengisian oksigen. Hal ini disebabkan karena banyaknya RS yang menggunakan tabung, seiring dengan penambahan tempat tidur darurat. Sehingga yang harusnya bisa dikirimkan dalam truk besar dan dipindahkan ke tanki besar, dan disalurkan dalam jaringan oksigen, namun untuk saat ini harus dimasukkan ke dalam tabung-tabung. Ini turut mempengaruhi waktu pengisian oksigen.
Untuk memenuhi ruang-ruang perawatan darurat di RS, Kementerian Kesehatan telah berkoordinasi dengan Kementerian Perindustrian untuk melakukan impor tabung oksigen 6 meter kubik dan 1 meter kubik dalam waktu dekat ini.