TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Tim Mitigasi Dokter Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi menyarankan masyarakat tak panik dan secara serampangan membeli oksigen secara mandiri, untuk penanganan pasien Covid-19. Ia mengingatkan penggunaan oksigen untuk orang sakit memiliki prosedur khusus.
"Oksigen ini bukan barang yang bisa dipakai sembarangan. Ada prosedur pemakaiannya," kata Adib saat dihubungi Tempo, Senin, 5 Juli 2021.
Ia mencontohkan dua cara penggunaan tabung oksigen, yakni lewat hidung (nasal kanul) dan lewat sungkup. Pilihan cara mana yang tepat digunakan untuk pasien, hanya bisa ditemukan oleh petugas medis. Metode nasal kanul misalnya, jika menggunakan oksigen di atas 10 liter dapat merusak mukosa hidung.
"Kalau itu tak dipantau, pemakaian oksigennya tak diawasi oleh medis, itu bisa berakibat tak bagus, atau bahkan fatal jika pemakaiannya tidak sesuai dengan prosedur medisnya," kata Adib.
Lagi pula, ia mengatakan saat ini pasokan oksigen lebih dibutuhkan di rumah sakit. Pasien Covid-19 yang dibawa ke rumah sakit sudah pasti mengalami gejala ringan hingga berat. Masyarakat yang masih bisa melakukan isolasi mandiri dengan gejala ringan atau tanpa gejala, menurut Adib, tak memerlukan tabung oksigen.
"Tapi tetap isoman yang terpantau kondisinya. Kapan dia bisa dimonitoring di rumah, kapan dia harus dibawa ke rumah sakit. Kalau sudah gejala sedang harus dibawa ke rumah sakit sebenarnya. Karena dia membutuhkan monitoring saturasi oksigen dan kebutuhan oksigennya juga," kata Adib.
Belakangan, masyarakat mulai ramai-ramai mendatangi lokasi isi ulang oksigen tabung. Hal ini seiring munculnya kabar terkait situasi di rumah sakit yang mulai mengalami krisis oksigen bagi pasien Covid-19.
Baca: Kendala Suplai Oksigen ke Rumah Sakit: Birokrasi Bisnis hingga Soal Pengangkutan