TEMPO.CO, Jakarta - Sepekan menjelang tahun ajaran baru, kasus Covid-19 di Indonesia masih menunjukkan peningkatan. Bahkan, pada Rabu, 30 Juni 2021, pemerintah melaporkan penambahan kasus harian sebanyak 21.807 orang. Angka tersebut menjadi rekor penambahan kasus terbanyak selama pandemi.
Meski demikian, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) masih mengizinkan sekolah menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas, dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian. Bagi daerah yang melaksanakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro, pembelajaran dilakukan dari rumah.
“PTM Terbatas di sekolah juga harus melihat kondisi daerah. Salah satu syarat pentingnya adalah apabila daerah dalam zona merah dan memberlakukan PPKM Mikro, maka PTM Terbatas tidak bisa dilaksanakan,” kata Direktur SD Kemendikbudristek, Sri Wahyuningsih, dalam keterangannya, Ahad, 27 Juni 2021.
Sudah jauh-jauh hari, sejumlah sekolah bersiap untuk melakukan PTM terbatas pada Juli nanti. Namun, kasus Covid-19 yang tak kunjung reda membuat para guru, terutama di daerah terpencil, bimbang untuk belajar tatap muka.
Guru di SMA Negeri 1 Tabukan Utara, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, Tubagus Muhammad Yusuf Ibrahim, mengaku kesulitan menyiapkan PTM di tengah lonjakan kasus Covid-19.
“Kami pihak sekolah juga sebenarnya khawatir karena terjadi lonjakan kasus secara mendadak,” kata Tubagus kepada Tempo, Selasa, 29 Juni 2021.
Ia mengatakan, kegiatan PTM sebetulnya sudah dilaksanakan sekolah sejak April 2021. Apalagi, kasus Covid-19 di Kepulauan Sangihe yang berbatasan dengan Pulau Mindanao, Filipina, ini sudah jauh berkurang saat itu.
Seorang guru memberikan arahan kepada murid saat mengikuti uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) tahap 2 di SDN Malaka Jaya 07 Pagi, Jakarta, Rabu, 9 Juni 2021. Pembelajaran tatap muka tahap 2 ini diikuti 226 sekolah dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Di awal melakukan PTM, Tubagus mengungkapkan kesulitan yang dihadapi adalah kekhawatiran orang tua dan vaksinasi kepada guru. Namun, setelah pihak sekolah meyakinkan kesiapan menggelar PTM, orang tua pun setuju.
Sementara kendala yang dialami selama PTM, Tubagus menilai para siswa masih kurang disiplin mematuhi protokol kesehatan. Misalnya, para siswa masih kedapatan lalai menggunakan masker hanya digantung di leher, sering berkerumun, dan tidak langsung pulang ke rumah.
Untuk tahun ajaran baru mendatang, Tubagus mengatakan pihak sekolah masih belum berani mengambil keputusan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Apalagi, pada pertengahan Juni lalu, muncul klaster pusat perbelanjaan di Kabupaten Sangihe yang menginfeksi 32 pegawai.
Berdasarkan data Pemprov Sulawesi Utara per 30 Juni 2021, Kabupaten Kepulauan Sangihe mencatatkan total kasus positif Covid-19 sebanyak 373 orang, dengan rincian 59 orang dirawat, 305 sembuh, dan 9 orang meninggal.
Sekolah, kata Tubagus, akan menunggu keputusan dari dinas pendidikan provinsi. “Mungkin tetap akan menunggu arahan cabang dinas dan hasil pertemuan MKKS (musyawarah kerja kepala sekolah),” kata guru kimia tersebut.
Kekhawatiran serupa juga dialami pihak SMAN 1 Bintan Pesisir, Kepulauan Riau. Nurjaman, guru sejarah di sekolah itu mengungkapkan PTM telah dilakukan sejak Januari 2021, namun dihentikan pada bulan ini. Pembelajaran sampai pembagian rapor pun dilakukan secara daring, karena terdapat kasus positif di pulau yang bersebrangan dengan Bintan.
Pihaknya juga belum memutuskan apakah akan menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM) pada Juli nanti. “Tantangan utama ketika PTM ya kasus yang menanjak karena khawatir di sisi lain ada dilema juga. Kita sayang anak-anak, karena lost pembelajaran tidak bisa tatap muka, tapi ada bahaya mengintai,” ujar Nurjaman.
Wali kelas IV Yayat Hayatulhasani menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa dengan menggunakan radio Handy Talky (HT) saat proses pembelajaran jarak jauh di Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Pasawahan, Dusun Ciakar, Desa Pasawahan, Kecamatan Banjaranyar Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, 18 Maret 2021. Pihak sekolah hanya mampu menyediakan enam HT yang tersebar di lima kelompok diantaranya di Dusun Ciakar, Karang Petir, Munggangwareng, Jambu Dipa, dan Karang Wangkal. ANTARA FOTO/ADENG BUSTOMI
Kabupaten Bintan, menurut Nurjaman, saat ini termasuk dalam zona merah Covid-19. Bupati Bintan sendiri sudah mengeluarkan surat edaran agar pembelajaran SD dan SMP dilakukan secara daring sampai 23 Juli 2021. Namun, karena SMA merupakan kewenangan pemprov, pihak sekolah pun menunggu kebijakan teknis dari dinas pendidikan Kepri.
Kekhawatiran Nurjaman juga paralel dengan data Ikatan Dokter Anak Indonesia mengenai rawannya penularan Covid-19 pada kelompok usia anak. Ketua Umum IDAI Aman B. Pulungan seperti dikutip dari keterangan #MediaLawanCovid19, memaparkan sebanyak 1 dari 8 kasus Covid-19 adalah anak-anak. Dari jumlah kasus itu, sebanyak 3-5 persen di antaranya meninggal dunia, dan separuhnya adalah balita.
Data tersebut turut diperkuat laporan “Update Data Nasional dan Analisis Kasus Covid-19 pada Anak-anak” per 24 Juni 2020 yang dikeluarkan oleh Satgas Penanganan Covid-19, proporsi yang terpapar di kelompok usia anak ini cukup besar.
Dari total kasus Covid-19 di Indonesia, sebanyak 12,6 persen atau sekitar 250 ribu berasal dari kelompok usia anak.
Infografis persentase kasus positif Covid-19 pada kelompok usia anak. Satgas Covid-19
Sementara itu, berdasarkan persentase angka kematian, yang tertinggi justru berada pada kelompok umur 0-2 tahun (0,81 persen), diikuti oleh kelompok usia 16-18 tahun (0,22 persen) dan 3-6 tahun (0,19 persen).
Mengantisipasi lonjakan kasus anak terpapar Covid-19, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Susanto pun menggelar rapat koordinasi nasional pada Rabu, 30 Juni 2021.
Dalam salah satu rekomendasinya, Susanto meminta Kemendikbudristek dan Kementerian Agama untuk tegas menunda pembukaan tatap muka sekolah pada Juli 2021. Susanto menyatakan, PTM harus didasarkan pada 5 SIAP, yaitu siap pemda, sekolah, guru, orang tua, dan anak dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan daerah dan positivity rate di bawah 5 persen.
“Walaupun PTM banyak diharapkan masyarakat, perlu kehati-hatian untuk membuka PTM dengan mengutamakan hak hidup dan hak kesehatan anak, serta kepentingan terbaik bagi anak,” ujar Susanto.
FRISKI RIANA