Selain itu, dengan naiknya kasus saat ini, Sultan mewanti-wakti agar pasokan oksigen ke rumah sakit di DIY juga tidak terkendala karena pabrik penyedia oksigen hanya ada dua di Jawa Tengah.
“Jangan sampai oksigen langka,” kata dia.
Sultan juga menginstruksikan seluruh bupati/walikota segera memonitor keberadaan satuan tugas Covid-19 di seluruh kelurahan. Karena hingga saat ini belum semua kelurahan di DIY membentuk Satgas Covid-19 yang bisa mengontrol mobilitas di wilayahnya.
Pakar Epidemologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Riris Andono Ahmad menyarankan agar Pemerintah DIY melakukan pembatasan mobilitas warga selama dua kali waktu infeksius.
Hal itu untuk menekan angka kasus penularan Covid-19 di DIY, mengingat sepekan terakhir angka penularan Covid di DIY melonjak tajam.
"Peningkatan kasus Covid-19 DIY terkait mobilitas yang tinggi, cara untuk mengendalikan penularan hanya dengan menekan mobilitas itu," katanya.
Riris mencontohkan ada beberapa negara yang sukses menurunkan kasus Covid-19 dengan cara menghentikan mobilitas seperti Vietnam dan New Zealand.
"Di berbagai tempat itu terbukti Vietnam dan New Zealand begitu ada peningkatan langsung menghentikan mobilitas. Entah lockdown atau apapun istilahnya, “ kata dia.
Riris menuturkan, untuk menurunkan mobilitas warga di DIY saat ini tidak perlu sampai 100 persen warga harus berada di rumah. Namun, cukup 70 persen dari warga di DIY menghentikan mobilisasinya selama dua kali masa penularan.
Dengan menekan 70 persen warga menghentikan mobilitas atau berada di rumah virus Covid-19 pun akan kesulitan mencari orang untuk diinfeksi.
PRIBADI WICAKSONO
Baca: Ajak Warga Taati Prokes, Megawati Cerita 1,5 Tahun Jalani Lockdown di Rumah Saja