TEMPO.CO, Jakarta - Regional Technical Advisor Puskesmas Terpadu dan Juara, Anisa Siti Fatonah, mengatakan puskesmas saat ini mengalami triple burden di tengah lonjakan angka kasus positif Covid-19.
Pertama adalah lantaran puskesmas masih harus melakukan 3T (testing, tracing, treatment). "Apalagi akhir-akhir ini kasusnya meningkat, puskesmas satu hari bisa melakukan rapid antigen hingga 70 dan PCR sampai 20-30," ujar Anisa melalui konferensi pers daring pada Ahad, 20 Juni 2021.
Selanjutnya, puskesmas juga melakukan vaksinasi massal, serta melayani pasien dan esensial. Akibatnya, sebagian petugas kesehatan tumbang, baik karena ikut terinfeksi Covid-19 maupun kelelahan.
"Sedangkan semua tugas masih harus terus kami lakukan. Makanya dukungan dari seluruh aspek untuk penanganan Covid-19 ini dibutuhkan," kata Anisa.
Anisa meminta kepada pemerintah agar memudahkan kerja puskesmas ketika melakukan 3T. "Karena misalkan dalam satu kasus, kami bisa contact tracing hingga 50 orang. Lalu kami jadwalkan pengecekan, tapi yang bersangkutan tidak datang," ucap dia.
Akhirnya, tim puskesmas harus turun ke wilayah tersebut, mendatangi masyarakat yang namanya masuk ke dalam contact tracing. Sementara tak ada bantuan sumber daya manusia tambahan.
Kendati demikian, saat ini, Anisa menyatakan adanya pihak kelurahan, personel TNI-Polri ikut meringkan beban puskesmas. "Namun memang tidak semua di wilayah," kata dia.
Selain itu Anisa juga menyoroti kurangnya kebutuhan logistik seperti alat pelindung diri (APD) atau pelayanan laboratorium. Sebab, di saat angka kasus Covid-19 sedang tinggi, terjadi perlambatan dalam pelayanan laboratorium. Di mana, yang semula hasil swab PCR test bisa keluar dalam waktu maksimal tiga hari, kini bisa sampai satu pekan.