TEMPO.CO, Bandung - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan pemerintah provinsi saat ini menambah kapasitas tempat tidur rumah sakit untuk perawatan pasien Covid-19. “Bahwa 2.400 bed sedang disiapkan untuk merespon kekurangan dan akan terus ditambahi sampai semuanya kira-kira maksimal,” kata dia, Sabtu, 19 Juni 2021.
Ridwan Kamil mengatakan penambahan kapasitas tempat tidur untuk perawatan pasien Covid-19 tersebut berasal dari peralihan ruang rawat inap di masing-masing rumah sakit. Saat ini misalnya, baru 20 persen kapasitas tempat tidur di tiap rumah sakit untuk dipergunakan merawat pasien Covid-19.
“Urutannya adalah 20 persen dulu dari jatah total, sekarang kebijakannya dinaikkan ke 30 persen. Kalau masih kurang, dinaikkan lagi ke 40 persen, sampai betul-betul tidak memungkinkan baru masuk ke tahap berikutnya. Tahap berikutnya adalah membuat rumah sakit darurat,” kata Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil mengatakan rumah sakit darurat misalnya akan memanfaatkan fasilitas milik TNI di Jawa Barat. “Tempat-tempat di TNI di Jawa Barat sudah siap untuk menambahi untuk tahap 3 itu. Tahap 3 itu gak akan dipake sebelum tahap 2-nya itu, menambahi persentasenya itu dilakukan,” kata dia.
Gubernur yang akrab disapa Kang Emil ini mencontohkan Rumah Sakit Umum Daerah Al Ihsan Provinsi Jawa Barat yang saat ini terus menambah porsi kapasitas rawat inap pasien Covid-19. Saat ini misalnya, sedang dipersiapkan pengalihan Gedung Perawatan Anak menjadi tempat perawatan pasien Covid. “Sehingga Al Ihsan yang jatah Covid-nya sudah 100 persen, ditmbahi 50 (bed) kurang lebih,” kata dia.
Ridwan Kamil menuturkan persentase Bed Occupancy Ratio (BOR) yang di umumkan pemerintah saat ini merujuk pada tingkat keterisian ruang rawat inap untuk pasien Covid-19. “Yang sekarang terjadi itu jatah untuk Covid memang mendekati 100 persen. Ambil contoh dari 500 bed, jatah Covid-nya 20 persen, berarti kan 100. Kalau 100 kepake, bukan 100 persen dari 500. Sehingga tahap sekarang sesuai dengan prosedur kedaruratan Covid, pemerintah provinsi Jawa Barat menambahi dari yang rata-rata 20 persen menjadi 30 persen,” kata dia.
Ia melanjutkan langkah selanjutnya adalah memaksimalkan peran Puskesmas. “Kita sedang memperkuat Puskesmas. Jangan dikit-dikit ke rumah sakit, itu poinnya. Karena tidak semua perlu di rawat di rumah sakit, cukup di level Puskesmas, atau isoman (isolasi mandiri),” kata dia.