Setelah berhasil mengubah lahan tidur dan semak belukar menjadi lahan produktif yang ada di Kalimantan, NTT dan Sumatera, kini Food Estate akan dikembangkan juga di daerah Jawa. Sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang menginginkan adanya perluasan kawasan komoditas strategis sebagai penopang utama kebutuhan kota-kota besar utamanya di Pulau Jawa.
Menindaklanjuti arahan Mentan, Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto langsung menginstruksikan kepada seluruh jajarannya untuk mensurvei calon lokasi program super prioritas Kementan Food Estate berbasis hortikultura. "Kita harus bergerak cepat ke lapangan, sudah ada beberapa kawasan yang cocok untuk digunakan sebagai lokasi penerapan program Food Estate Berbasis Hortikultura ini. Salah satunya adalah kawasan komoditas strategis bawang merah ramah lingkungan dan juga kawasan tanaman obat" ungkap Prihasto.
Prihasto optimis, jika program Food Estate berbasis hortikultura ini akan berhasil dilaksanakan dalam waktu dekat, pasalnya petani di dua lokasi yang disurvei (Yogyakarta dan Jawa Barat) sangat antusias dengan adanya rencana program nasional Food Estate yang digagas oleh Presiden Joko Widodo.
Saat ditanya pewarta mengapa memilih komoditas bawang merah, Doktor Ilmu Tanah dari Universitas Putra Malaysia (UPM) itu melihat peluang bisnis bawang merah sangat bagus di pasaran. Apalagi sebagian petani sudah terbiasa menerapkan budidaya bawang merah ramah lingkungan yang menghasilkan bawang merah GLOWING (Gede, Lebih Original, dan Berwawasan Lingkungan).
"Saat ini petani sudah harus mulai peduli terhadap lingkungan. Rencana pengembangan food estate bawang merah ini juga diarahkan untuk penerapan budidaya ramah lingkungan. Jangan sampai menggunakan pupuk kimia dan pestisida berlebih yang lama-lama bisa merusak kesuburan lahan. Petani harus mulai beralih ke pupuk organik dan pestisida nabati", tegasnya.
Food Estate berbasis hortikultura yang akan dikembangkan di Jawa ini direncanakan akan fokus pada bawang merah seluas 500 hektar dan bawang bombay seluas 50 hektar disertai dengan 20.000 batang kelengkeng kateki sebagai tanaman konservasi. Pengelolaan Food Estate ini akan melibatkan kementerian/lembaga terkait, karena sistem pertanian terintegrasi ini berskala modern, sehingga seluruh pengelolaannya menggunakan teknologi pertanian termutakhir.
Kementan akan melakukan pendampingan penuh pada petani dalam budidaya, pascapanen, pengolahan, pembentukan korporasi hingga pemasaran dan ekspor.
Ketua kelompok tani Pasir Makmur Sumarno yang sudah tidak sabar lagi ingin secepatnya program Food Estate berbasis hortikultura ini dilaksanakan di tanah kelahirannya itu (Kecamatan Sanden-red). Mewakili petani, ia mengapresiasi terobosan pertanian yang dilakukan Kementan, sebab program ini diharapkan akan dapat dirasakan manfaatnya dan meningkatkan pendapatan petani bawang merah di lahan berpasir.
Selain itu beliau juga memuji kinerja Mentan Syahrul dan jajarannya yang selalu hadir dan mau mendengar keluh kesah petani. "Saya itu sudah bertani bawang dari dulu Mas, tapi hasil masih belum maksimal, tapi mendengar akan adanya program Food Estate dari Kementan, yah saya senang banget Mas, karena tadi Tim Survei Kementan cerita kalau program ini adalah paket lengkap, sampai pemasaran pun kita dikawal, jadi matur nuwun sangat buat pak Menteri dan Dirjen Hortikultura", tutupnya.