TEMPO.CO, Jakarta - Varian baru Covid-19 asal Inggris dan India yang sudah masuk ke Tanah Air ikut mempercepat penularan virus. Varian alpha (B.1.17) asal Inggris memiliki bobot viral lebih banyak dibanding varian asal Cina, yang menjangkiti Indonesia sejak Maret tahun lalu. Lalu varian corona delta (B.1.617.2) asal India juga memiliki bobot viral lebih banyak 60 persen dibanding varian Cina. Varian delta ini juga meningkatkan derajat keparahan gejala dan mempengaruhi efektivitas vaksin.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengakui varian jenis delta turut berkontribusi terhadap lonjakan penularan wabah di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, serta beberapa daerah di sekitarnya. Kendati demikian, ujar Nadia, faktor utama lonjakan kasus adalah tingginya mobilitas masyarakat saat libur Lebaran.
"Jadi varian baru ini memang lebih cepat menular. Tapi jangan menyalahkan lonjakan kasus ini seolah-olah akibat varian baru. Kalau masyarakat mematuhi protokol kesehatan, virus ini tentu tidak akan berkembang begitu cepatnya," ujar Nadia saat dihubungi Tempo, Senin, 14 Juni 2021.
Data Kemenkes yang diperoleh Tempo, dari 1.989 total sekuens, telah dideteksi 145 sekuens Varian of Concern atau VoC, yakni: 36 kasus varian alpha (B.1.17) asal Inggris; 5 kasus varian beta (B.1351) asal Afrika Selatan dan 104 kasus varian delta (B.1.617.2) asal India.
Rincian varian alpha: 1 kasus di Kepulauan Riau, 2 kasus di Sumatera Utara, 1 kasus di Sumatera Selatan, 1 kasus di Riau, 24 kasus di DKI Jakarta, 1 kasus di Jawa Tengah, 2 kasus di Jawa Barat, 2 kasus di Jawa Timur, 1 kasus di Bali dan 1 kasus di Kalimantan Selatan.
Untuk kasus Covid-19 varian beta: 4 kasus di DKI Jakarta dan 1 kasus di Jawa Timur. Sementara varian delta terdeteksi 3 kasus di Sumatera Selatan, 20 kasus di DKI Jakarta, 75 kasus di Jawa Tengah (Brebes, Cilacap, dan Kudus) dan 3 kasus di Kalimantan Tengah.