TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Rokhmin Dahuri membeberkan kronologi pemberian gelar Profesor Kehormatan dari Universitas Pertahanan (Unhan) kepada Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri. Rokhmin, yang juga Ketua DPP PDI Perjuangan ini mengatakan, rencana pemberian gelar itu berawal pada November 2020.
Menurut Rokhmin, saat itu beberapa guru besar membahas usulan pemberian gelar profesor kehormatan tersebut. "Para guru besar tersebut kemudian bertindak sebagai promotor," kata Rokhmin dalam keterangan tertulis, Rabu, 9 Juni 2021.
Menurut Rokhmin, ia dan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto serta para guru besar kemudian membahas gagasan itu. Para guru besar disebutnya mengusulkan agar Unhan menganugerahkan Profesor Kehormatan (Guru Besar Tidak Tetap) kepada Megawati.
Setelah disetujui Sidang Senat Guru Besar Unhan, usulan itu disampaikan kepada Megawati. Menurut Rokhmin, ada tiga alasan rencana pemberian gelar tersebut kepada Megawati.
Pertama, kata Rokhmin, Megawati dianggap memiliki tacit knowledge tentang ilmu pertahanan, khususnya bidang kepemimpinan strategis. Tacit knowledge merupakan pengetahuan yang terdapat di otak atau pikiran seseorang sesuai pemahaman dan pengalaman orang itu sendiri.
Tacit knowledge biasanya tidak terstruktur dan susah didefinisikan dalam bahasa formal. Adapun kebalikan tacit knowledge ialah explicit knowledge.
Menurut Rokhmin, para guru besar menilai Megawati sudah mengaplikasikan kualitas itu dalam berbagai peran publik. Yakni saat menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat selama tiga periode, wakil presiden, hingga presiden.
"Plus saat menjadi Ketua Umum PDI Perjuangan sejak 1999 hingga saat ini. Tacit knowledge ini bila diajarkan dan dibukukan bisa menjadi explicit or empirical knowledge yang sangat berguna bagi peradaban manusia. Begitu pemikiran para guru besar," ujar Rokhmin.