TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah lembaga diduga melakukan profiling terhadap beberapa pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi sebelum pelaksanaan Tes Wawasan Kebangsaan (TWK). Hasil profiling diduga dijadikan peluru untuk menginterogasi pegawai saat wawancara. Sejumlah pegawai yang tak lulus tes itu mengaku didatangi intel. Mereka bertanya kepada para tetangga tentang kegiatan si pegawai.
Penyelidik senior KPK Harun Al Rasyid adalah salah satu pegawai yang rumahnya didatangi. Hasilnya, dalam wawancara Harun ditanya soal yayasan yatim piatu kecil yang diasuhnya bersama istri. “Apakah menerima dana dari luar negeri?” kata Harun menirukan salah satu pertanyaan pewawancara kepada Indonesialeaks beberapa waktu lalu.
Pengalaman serupa dialami Rieswin Rachwell, penyelidik KPK yang dinyatakan tak lolos tes kebangsaan. Dia menceritakan sebelum tes rumahnya di Batam didatangi dua orang perempuan. Membawa Ketua RT dan anggota satuan pengamanan setempat, kedua perempuan bertemu dengan ibunda Rieswin. “Mereka bertanya soal saya,” kata dia beberapa hari lalu.
Ragu untuk menjawab, ibunda akhirnya menelepon Rieswin tentang kedatangan kedua orang itu. Merasa ada yang tak beres, Rieswin meminta bicara langsung dengan tamu misterius itu. Rieswin mengatakan mereka mengaku berasal dari salah satu kementerian.
Kepada Rieswin, mereka bertanya mengenai pekerjaannya di KPK. Beberapa waktu kemudian lewat pesan WhatsApp, salah seorang di antaranya meminta Rieswin mengirimkan riwayat hidupnya. Rieswin menolak dan memintanya bertanya ke Biro Sumber Daya Manusia KPK. “Saya tidak kasih, aneh banget,” kata dia. Belakangan, Rieswin ragu dengan latar belakang orang yang menelisik keluarganya itu setelah melakukan penelusuran di internet dan aplikasi pencari kontak.
Dalam pelaksanaan TWK, Badan Kepegawaian Negara mengakui menggandeng sejumlah lembaga untuk menjadi tim asesor. Sejumlah lembaga itu di antaranya, Dinas Psikologi TNI Angkatan Darat, Badan Intelijen Strategis, Badan Nasional Penanggulangan Teroris dan Badan Intelijen Negara.
Indikasi keterlibatan lembaga intelijen dikuatkan dengan adanya beberapa orang yang datang ke rumah penyidik KPK Afif Julian Miftah di Bekasi, Jawa Barat. Afif adalah penyidik senior yang dinyatakan tidak lolos tes kebangsaan. Hasil penelusuran pegawai KPK menemukan nama-nama dan mobil yang digunakan orang yang menguntit Afif mengarah ke lembaga telik sandi tersebut.
Deputi VII BIN, Wawan Hari Purwanto belum membalas konfirmasi dari tim Indonesialeaks. Juru bicara BNPT Brigadir Jenderal Eddy Hartono mengakui lembaganya memang menelusuri rekam jejak pegawai KPK atas permintaan BKN. Eddy membantah jika dikatakan penelusuran itu berkaitan dengan cap taliban terhadap pegawai KPK. “Karena dari tim itu bersama-sama dengan BKN melakukan profiling dan wawancara, sesuai dengan pembagian dari BKN,” kata dia, Jumat, 4 Juni 2021.
Baca juga: Firli Bahuri Tegaskan Kelulusan TWK Tergantung Usaha
*Liputan ini merupakan kolaborasi konsorsium Indonesialeaks. Yaitu Jaring.id, Tirto.id, Majalah Tempo, Koran Tempo, Tempo.co, The Gecko Project, KBR, Suara.com, Independen.id.