TEMPO.CO, Jakarta - Epidemolog dari Griffith University Dicky Budiman menilai upaya peningkatan program vaksinasi untuk mengatasi lonjakan kasus Covid-19 di Kudus dan Bangkalan, hanya tahap awal saja. Ia meminta pemerintah dapat bergerak secara lebih teknis di lapangan agar pengendalian kasus bisa lebih efektif.
"Pertanyaannya pada siapa target itu diberikan. Ini yang menjadi penentu. Pengirimannya sudah benar. Tapi yang jadi penentu adalah prioritas pemberian vaksin dan percepatannya," kata Dicky saat dihubungi Tempo, Selasa, 8 Juni 2021.
Ia mengatakan vaksinasi harus diprioritaskan pada kelompok yang rawan, lansia, komorbid, pekerja esensial. Hal ini dilakukan untuk menekan angka kematian yang bisa melonjak tinggi.
Meski begitu, Dicky mengingatkan vaksinasi hanya langkah tambahan dan pelengkap. Yang utama, kata dia, tetap testing, tracing, dan isolasi/karantina terhadap warga.
"Kalau testing, tracing, isolasi/karantinanya lemah, 5M nya lemah, mau vaksin kirim berapa pun kita akan mengalami kasus kematian. Ini yang harus dipahami. Artinya pemberian vaksinasi harus menunjang kesakitan kematian," kata Dicky.
Sebelumnya, Satgas Covid-19 mencatat kenaikan kasus positif Covid-19 di Kudus meningkat lebih dari 30 kali dalam sepekan. Lonjakan juga terjadi di Bangkalan. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin kemarin mengatakan pemerintah telah mengirimkan 50 ribu dosis vaksin Covid-19 ke kedua daerah tersebut.