TEMPO.CO, Jakarta - Hasil sigi sejumlah lembaga survei menunjukkan beberapa kepala daerah, khususnya di Pulau Jawa, berpotensi menjadi calon presiden atau capres dalam Pilpres 2024. Di antaranya; Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Secara elektabilitas, Anies, Ganjar, dan RK misalnya, menempati posisi lima besar di sejumlah survei. Sementara elektabilitas Khofifah juga terus menyusul.
Berdasarkan survei Lembaga Survei Indonesia (LSI)
pada 25-31 Januari 2021, pada simulasi tertutup 10 nama, elektabilitas Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan di posisi dua dan tiga dengan masing-masing 15,4 persen dan 13,3 persen. Selanjutnya, di posisi kelima ada Ridwan Kamil dengan 7,5 persen dan di posisi ketujuh ada Khofifah dengan 4,4 persen.
Teranyar, Indikator Politik Indonesia juga merilis survei pada Mei lalu. Indikator melakukan simulasi semi terbuka dengan 17 nama. Ganjar dan Anies menempati posisi dua teratas dengan elektabilitas masing-masing 15,7 persen dan 14,6 persen. Ridwan Kamil di posisi keempat dengan 10 persen. Khofifah Indar Parawansa di peringkat delapan dengan 2,8 persen.
Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menyebut kepala daerah di Jawa memang memiliki modal tersendiri untuk maju di pemilihan presiden. Sebab, mereka menjadi pemimpin daerah yang memiliki jumlah penduduk paling banyak. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah merupakan tiga provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia.
"Sementara DKI Jakarta, meskipun penduduk Jakarta cuma sekitar 10 juta, tapi ini ibu kota. Apa yang terjadi di ibu kota jadi berita nasional. Exposure Gubernur DKI itu sama dengan presiden," kata Qodari.
la memprediksi calon-calon presiden yang akan bertarung pada 2024 mendatang adalah kepala daerah. Kondisi 2024 nanti diprediksi bakal
mengulang situasi Pemilu 2014, saat Joko Widodo-Gubernur DKI Jakarta ketika itu-menjadi calon presiden. Jokowi, yang berpasangan dengan Jusuf
Kalla di pemilu presiden 2014, mengalahkan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Berbeda dengan pemilu presiden pada 2004 dan 2009, menteri justru menjadi kandidat kuat calon presiden
"Sejak pilkada langsung, panggung paling menarik adalah kepala daerah, karena kepala daerah adalah jabatan yang urus segalanya," ujarnya.
Namun, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan, jalan bagi kepala daerah tidak mudah jika Pilkada serentak digelar pada 2024, lantaran masa tugasnya sebagai kepala daerah akan berakhir pada 2022 dan 2023.
“Mereka akan menganggur. Di situ mereka diuji, bisa tidak mereka tetap dibicarakan orang kalau tidak jadi kepala daerah? Saya kira berat bagi mereka,” kata Adi, Februari lalu.
Menurut Adi, meskipun jadwal pilkada dinormalkan dalam siklus lima tahunan atau tetap digelar pada 2022 dan 2023, belum tentu para kepala daerah potensial tersebut bisa dengan mulus menjadi calon presiden. Sebab, mereka tidak memiliki keistimewaan untuk mengendalikan partai politik.
Adi mencontohkan Ganjar Pranowo yang berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Adi menilai Ganjar belum tentu dengan mudah mendapatkan rekomendasi dari partainya, apalagi kepala daerah potensial lain yang bukan berasal dari partai politik, seperti Ridwan Kamil dan Anies Baswedan. "Ada pilkada saja mereka belum tentu mulus menjadi capres, apalagi jika tidak ada pilkada. Makin pusing mereka. Tak ada panggung,” ujar Adi.
DEWI NURITA