TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Fatia Maulida menilai Badan Intelijen Negara (BIN) menjadikan Veronica Koman dan Benny Wenda sebagai kambing hitam dengan menuding keduanya akan memanfaatkan pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional atau PON Papua.
“Toh, tidak ada dasar yang mendukung atas pernyataan tersebut dan selama ini Vero dan Benny hanya menyatakan kebenaran terkait situasi pelanggaran HAM yang terjadi di Papua. Tidak ada sangkut pautnya dengan pembelaan terhadap KKB,” kata Fatia kepada Tempo, Jumat, 28 Mei 2021.
Fatia menilai, tudingan BIN tersebut dapat menimbulkan misleading information dan pencemaran nama baik. Sebab, tidak ada bukti atau pun dasar Veronica Koman dan Benny Wenda akan melakukan tindakan yang akan menimbulkan instabilitas. “Lagipula, instabilitas seperti apa yang dimaksud oleh BIN. Toh, Benny dan Vero juga ada di luar Indonesia,” ujar dia.
Wakil Kepala Badan Intelijen Negara Letnan Jenderal TNI (Purn) Teddy Lhaksmana Widya Kusuma sebelumnya menuding ada kelompok separatis Papua (KSP) yang ingin memanfaatkan pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional ke-20 di Papua untuk menciptakan instabilitas. Teddy mengatakan pihak yang dia maksud, yakni Veronica Koman dan Benny Wenda.
"Terdeteksi pula bahwa KSP bermaksud memanfaatkan pelaksanaan PON XX 2021 untuk ciptakan instabilitas untuk menarik perhatian dunia, antara lain Veronica Koman dan Benny Wenda di luar negeri," kata Teddy dalam Rapat Kerja dengan Panitia Khusus Rancangan Undang-undang Otonomi Khusus Papua di gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Senayan, Jakarta, Kamis, 27 Mei 2021.
Veronica Koman mengatakan pernyataan Wakil Kepala BIN itu membuktikan dirinya menjadi korban kambing hitam pemerintah. Pegiat HAM dan pengacara yang mengadvokasi Papua ini mengatakan belum pernah menyinggung PON sepanjang tahun 2021 ini.
Ketua The United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) Benny Wenda mengatakan tak tertarik menanggapi tudingan BIN yang menyebut dirinya bermaksud memanfaatkan agenda PON Papua untuk menciptakan instabilitas dan menarik perhatian internasional. "Kami tak tertarik pada hoaks-hoaks dan kebohongan-kebohongan yang disebarkan intelijen Indonesia," kata Benny Wenda lewat pesan tertulis kepada Tempo, Kamis, 27 Mei 2021.
Baca juga: BIN Usulkan DPR Percepat Revisi RUU Otsus Papua
FRISKI RIANA | BUDIARTI UTAMI PUTRI