TEMPO.CO, Jakarta - Kanal Nasional Tempo.co merangkum dua berita yang menjadi perhatian pembaca di akhir pekan ini. Pertama soal dukungan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di tengah polemik proses pembuatan vaksin Nusantara.
Berikutnya tentang Presiden Jokowi yang ingin ibu kota baru berkonsep smart city dan bisa menjadi rujukan bagi negara-negara dunia. Berikut rangkumannya.
Pakar dan Tokoh Nasional Dukung BPOM
Sejumlah tokoh nasional menyatakan dukungan terhadap BPOM. "Kami yang nama-namanya tercantum di bawah ini bersikap pada pendirian BPOM yang merupakan badan resmi di Indonesia dan bekerja berdasarkan prosedur-prosedur disiplin dan integritas ilmiah," kata Anggota Transparency International Indonesia (TII) Natalia Soebagjo dalam pernyataannya, Sabtu, 17 April 2021.
Natalia meminta semua pihak untuk membiarkan BPOM bekerja dengan tenang bersama tim pakarnya. Ia percaya pada integritas ilmu dan independensi lembaga tersebut. Selama ini, kata Natalia, BPOM telah mengabdi menjaga kesehatan masyarakat.
"Mereka yang bekerja di BPOM membuktikan diri sebagai patriot tanpa banyak retorika, teguh menghadapi tekanan. Kami warga republik berdiri bersama mereka," katanya.
Natalia dan sejumlah tokoh nasional menegaskan bahwa mereka menghargai setiap penelitian dan pengembangan vaksin maupun obat sebagai ikhtiar melawan pandemi. "Namun tentu tetap mengindahkan asas ilmiah," ujarnya.
Sejumlah tokoh yang menghadiri pernyataan dukungan kepada BPOM, di antaranya ada komisioner KPK 2003-2007 Erry Riyana Hardjapamekas, mantan Direktur RSCM Akmal Taher, Profesor Mikrobiologi UI Pratiwi Sudarmono, praktisi pendidikan Henny Supolo.
Lalu ada epidemiolog UI Pandu Riono, Guru Besar Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran UI Idris Idham, pakar obat herbal dari Fakultas Kedokteran UI Purwantyastuti.
Selanjutnya, cendekiawan muslim Azyumardi Azra, mantan Menteri Pertambangan dan Energi Kuntoro Mangkusubroto, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) Mayling Oey, dan rektor Universitas Indonesia periode 2014–2019 Muhammad Anis.