INFO NASIONAL – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaanmelalui Direktorat Jenderal Guru danTenaga Kependidikankembali menggelar Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) angkatan II. Melalui program ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim mengatakan para guru penggerak dapat menciptakan pembelajaran yang berfokus pada anak didik. Selain itu, setiap guru penggerak harus memiliki sikap kepemimpinan, memiliki kemauan belajar, dan mampu mengikuti perubahan di bidang pendidikan.
“Melalui program ini mampu menciptakan pembelajaran dan mempengaruhi guru lain untuk bias menciptakan pembelajaran yang berpusat kepada murid, bukan pada kepada administrasi danbirokrasi, dan menggerakkan ekosistem pendidikan kepada kemajuan,” kata Nadiem saat membuka Program Pendidikan Guru Penggerak angkatan II, Selasa, 13 April 2021.
Nadiem mengatakan, PPGP berbeda dengan bimbingan teknis bagi guru pada sebelumnya. Esensi program ini adalah pengembangan profesi yang menjalankan dan pendampingan yang berfokus pada kepemimpinan.
Ia menyebut, pada PPGP angkatanI telah mendapatkan kemajuan yang dicita-citakan. Karena Nadiem telah bertemu dengan guru penggerak di berbagaidaerah Indonesia, seperti Kalimantan Timur, dan Nusa Tenggara Timur. Mulai dari perubahan cara belajar dan perubahan pola pikir dari sebelumnya. “Saya luar biasa bangga kepada calon guru penggerak dan pendukung hebat dibaliknya,” ujarnya.
Adapun dalam Program Pendidikan Guru Penggerak angkatan kedua ini diikuti oleh 2.800 calon guru penggerak, dan 340 calon guru penggerak angkatan pertama yang tidak punya pengajar praktik. Dalam angkatan ini para calon guru penggerak didampingi 576 pengajar praktik yang dinyatakan lulus dari 9.356 pendaftar. Kemudian ada juga 232 fasilitator yang berhasil lolos seleksi dari 971 pendaftar.
Direktur Jenderal Guru danTenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Iwan Syahril mengatakan, PPGP adalah program yang menyiapkan para guru menjadi pemimpin pembelajaran masa depan, baik sebagai calon kepala sekolah, pengawas sekolah, maupun sebagai instruktur pelatihan guru. Program ini menitikberatkan pada kemandirian guru mengembangkan profesi dan kompetensi kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership).
“Pekerjaan kita di pendidikan adalah membangun peradaban. Inilah yang ingin kita lakukan berkolaborasi melahirkan masadepan dan generasi pembaharu dalam menjawab tantangan zaman masa kini atau masa mendatang,” ujarnya di kesempatan yang sama.
Selainitu, kata Iwan, diharapkan dengan PPGP dapat menghidupkan kembali pemikiran Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara di ruang-ruang kelas sekolah. Kemudian dapat membangun ekosistem pendidikan yang merdeka belajar yang selalu berpihak kepada murid.
Sebaga informasi, PPGP didesain dengan menggunakan pendekatan andragogi danblended learning selama sembilan bulan. Program tersebut dirancang guna mendukung hasibelajar yang implementatif berbasis lapangan. Untukitu, 70 persen kegiatan dilakukan on-the-job training guru sebagai peserta PPGP tetap mengajar dan menggerakkan komunitas di sekolah.
Sementara, 20 persen kegiatandirancang dalam bentuk kegiatan belajar bersama rekan sejawat, dan 10 persen lainnya dalam bentuk pelatihan bersama narasumber, fasilitator, dana pendamping.(*)