Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Muda-mudi dalam Bayang Kelompok Teroris, Dari Galau Sampai Romantisme

image-gnews
Ilustrasi teroris. khouse.org
Ilustrasi teroris. khouse.org
Iklan

TEMPO.CO, JakartaBerangkat dari kekaguman kepada seniornya, Mahmudi Haryono yang masih berusia 16 tahun mulai melirik-lirik gerakan Jamaah Islamiyah (JI). “Mulanya ngumpul di masjid SMA, terus senior-senior yang sudah kuliah datang memberi ceramah, apalagi alumni ini kuliah di fakultas kedokteran, sempurna lihatnya,” kata Mahmudi menceritakan kembali persinggungannya dengan kelompok teroris ini kepada Tempo pada Kamis, 8 April 2021. 

Dalam pengajian-pengajian ini, para alumni mencekoki Mahmudi dan kawan-kawannya tentang konsep jihad versi JI. Mahmudi yang kesengsem dengan penjelasan berapi-api dari para senior akhirnya menerima ajakan untuk bergabung dengan pondok pesantren yang dikelola Amrozi, terpidana mati Bom Bali 1. Ia pun memutuskan keluar dari SMA dan pindah ke pesantren tersebut pada 1997.

Di dalam pesantren, Mahmudi mengatakan materi yang mereka dapat lebih 'heroik'. “Para pengajar menyerukan agar kami berani melawan Amerika, itu menunjukkan heroik yang luar biasa, aku senang,” ucap Ketua Yayasan Persaudaraan Anak Negeri (Persadani) Jawa Tengah ini. Dengan doktrin-doktrin perjuangan ini Mahmudi memantapkan hati masuk barisan terdepan JI.

Dua tahun di pesantren, pada 2000-an, Mahmudi berangkat ke Filipina untuk menjalani pelatihan militer. Tiga tahun di sana, ia kembali ke Surabaya. Semangat heroiknya semakin menggebu. Ia mengaku ingin menjadi aktor utama terorisme. Namun, polisi sudah lebih dulu menangkap Mahmudi pada Juli 2003. Ia kedapatan menyimpan bahan peledak milik Mustofa alias Abu Tholut, pelaku Bom JW Marriot, di rumahnya di Kalibanteng, Semarang Barat. Ia divonis 10 tahun penjara. Ia bebas 5 tahun kemudian karena mendapat remisi.

Sekarang Mahmudi memang sudah berusia 44 tahun. Namun, ia mengatakan pola perekrutan teroris, dari zaman dulu sampai sekarang, di kalangan anak muda masih menggunakan metode serupa. Ceramah-ceramah yang membakar semangat dan iming-iming perjuangan. “Sebab anak muda masih mencari jati diri,” kata Mahmudi.

Pemuda galau rentan terpapar kelompok teroris...

Fenomena keterlibatan anak muda di dalam terorisme kembali menjadi sorotan. Salah satunya ketika Zakiah Aini, seorang perempuan berusia 25 tahun, menyerang Markas Besar Polri pada akhir Maret lalu. Polisi menyebut Zakiah adalah pelaku tunggal yang terpapar radikalisme dari internet.

Kasus lain adalah bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar pada medio Maret 2021. Pelaku teror adalah pasangan suami istri. Belakangan diketahui sang istri masih berusia 25 tahun.

Pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian Noor Huda Ismail mengatakan usia muda memang menjadi sasaran empuk jaringan terorisme. Fenomena tersebut, kata dia, sebenarnya bukanlah barang yang baru. “Faktor psikologis memegang peranan penting untuk menarik anak-anak muda, tak hanya soal ideologi,” kata Huda kepada Tempo pada Selasa, 6 April 2021.

Dia mengatakan, manusia memiliki kebutuhan dasar sosial berupa pengakuan. Ketika seseorang tidak merasa diterima di lingkungan mayoritas, maka orang itu akan mencari tempat lain agar merasa diakui, sekalipun itu kelompok radikal. Apalagi, kata Huda, masa muda lekat dengan pencarian jati diri. Sisi psikologis itulah yang menjadi dimanfaatkan oleh para rekrutmen jaringan terorisme. 

Salah satu celah yang mereka gunakan untuk merekrut pemuda-pemudi ialah kegalauan yang dimiliki mereka. Saat itulah para perekrut mendekati targetnya. “Galaunya itu macam-macam. Misalnya kasus ZA yang kemarin, bisa jadi DO, bisa jadi, dia galau, apalagi kalau tinggalnya di perkotaan, stres juga.” kata Huda. Huda mengatakan dalam film dokumenter buatannya, Pengantin, ada juga keinginan mendapatkan jodoh, lalu masuk kelompok, baru ditanamkan ideologi.

Selain usia, faktor jenis kelamin turut mempengaruhi cara kelompok teroris merekrut kader. Menurut Huda, ada kelompok yang mendorong seseorang masuk ke jaringan terorisme dengan menggunakan teori maskulin. Ada pula yang menggunakan alasan rasa aman, ketenangan, dan jodoh dalam merekrut target mereka.

“Misalnya kalau kamu memegang senjata, keren banget. Tapi kalau perempuan, contoh di film saya, Jihad Selfie, tertariknya karena fashion. Pakai kerudung awalnya, mencari info di internet, masuk algoritmanya dan membawa dia sampai ketemu romantis jaman khilafah yang digambarkan ISIS dengan baik. Jadi tuh persoalannya aman, ketenangan, jodoh,” ujar dia.

Romantisme juga bisa menarik anak-anak muda ke dalam kelompok radikal...

Romantisme ini pula yang mendorong Arif Budi Setyawan masuk ke dalam jaringan Jamaah Islamiyah pada 2007. Ia mengatakan suatu hari, ketika masih berusia 25 tahun., pernah bertemu seorang lelaki yang bercerita soal pelatihan militer di Aceh. 

“Nah, omongan paling mengena adalah kalau kita mengganggu semut rangrang, semua itu maka akan melawan balik, begitu juga umat Islam, harus melawan balik. Saya lihat dia wah keren banget," ucap Arif yang kini menjadi kontributor ruangobrol.id sekaligus penulis buku Internetistan.

Dari pertemuan ini, Arif lambat laun mulai mencari tahu lebih dalam Jamaah Islamiyah. Ia pun penasaran apa benar JI bisa berhubungan dengan Usama Bin Laden, pentolan Al-Qaeda. Rasa penasarannya ini yang membawa Arif terus terlibat dengan gerakan JI. Pada 2014,. Polisi menangkap Arif karena menjadi kurir senjata untuk salah satu kawannya yang merupakan kombatan Ambon. Ia divonis 4 tahun 10 bulan penjara. Belakangan Arif mendapat pembebasan bersyarat..

Faktor operator atau orang yang menerjemahkan ideologi pun turut berperan. Huda mengatakan, operator itu bertugas sebagai penerjemah pesan, yang membuat calon kader tertarik. Proses rekrutmen ini kemudian semakin dipermudah dengan kehadiran media sosial. 

Senada dengan Huda, akademisi The Habibie Centre, Imron Rasyid, menyebut bahwa media sosial merupakan wadah perekrutan yang potensial bagi kelompok teroris. Apalagi, anak muda memang betah berlama-lama menggunakan gawai. “Pada masa pandemi ini, anak muda lebih rentan terpapar paham ekstrimis,” ucap Imron.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca juga: Janjikan Pernikahan Jadi Cara Kelompok Teroris JAD Gaet Perempuan


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Densus 88 Tangkap 8 Teroris Diduga Anggota JI sedang Latihan Fisik dan Militer di Poso Sulteng

11 jam lalu

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) DivHumas Polri Brigjen Pol. Trunoyudo Wisnu Andiko, Jumat (19/1/2024). (ANTARA/Laily Rahmawaty)
Densus 88 Tangkap 8 Teroris Diduga Anggota JI sedang Latihan Fisik dan Militer di Poso Sulteng

Delapan terduga teroris yang sedang latihan fisik dan militer di Poso Sulteng itu disebut punya posisi strategis di Jamaah Islamiyah.


Remaja Penikam Uskup di Sydney Didakwa Terorisme, Terancam Penjara Seumur Hidup

13 jam lalu

Seorang penyerang mendekati Uskup Mar Mari Emmanuel saat kebaktian gereja di Gereja Christ The Good Shepherd di Wakeley, Sydney, Australia 15 April 2024. social media livestream video obtained by REUTERS
Remaja Penikam Uskup di Sydney Didakwa Terorisme, Terancam Penjara Seumur Hidup

Remaja laki-laki berusia 16 tahun telah didakwa melakukan pelanggaran terorisme setelah menikam uskup gereja Asyur di Sydney saat kebaktian gereja.


Densus 88 Tangkap Tujuh Orang Terduga Teroris Anggota Jamaah Islamiyah di Sulawesi Tengah

19 jam lalu

Ilustrasi Densus 88. ANTARA
Densus 88 Tangkap Tujuh Orang Terduga Teroris Anggota Jamaah Islamiyah di Sulawesi Tengah

Tim Densus 88 Antiteror Polri menangkap tujuh orang diduga terafiliasi sebagai anggota kelompok teroris Jamaah Islamiyah


Tersangka Penyerang Gereja Sydney Tidak Menunjukkan Tanda-tanda Radikalisme

2 hari lalu

Polisi berjaga di luar Gereja Assyrian Christ The Good Shepherd setelah serangan  yang terjadi saat kebaktian malam sebelumnya, di Wakely di Sydney, Australia, 16 April 2024. REUTERS/Jaimi Joy
Tersangka Penyerang Gereja Sydney Tidak Menunjukkan Tanda-tanda Radikalisme

Ayah remaja yang ditangkap karena menikam seorang uskup di Sydney tidak melihat tanda-tanda radikalisme pada putranya.


Timur Tengah Memanas, Polri Diminta Waspadai Kebangkitan Sel Terorisme di Indonesia

3 hari lalu

Pemandangan menunjukkan drone atau rudal berlomba-lomba mencari sasaran di lokasi yang dirahasiakan di Israel utara, awal 14 April 2024. Menurut IDF tentara Israel pada awal 14 April Iran meluncurkan rudal dari wilayahnya menuju wilayah Negara Israel. IDF menyerukan masyarakat untuk waspada dan bertindak sesuai dengan pedoman Home Front Command. EPA-EFE/ATEF SAFADI
Timur Tengah Memanas, Polri Diminta Waspadai Kebangkitan Sel Terorisme di Indonesia

Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) meminta Polri mewaspadai aktifnya sel terorisme di Indonesia saat konflik Timur Tengah memanas


Hijrah Mantan Teroris

10 hari lalu

Hijrah Mantan Teroris

Cap teroris membuat mantan terpidana kasus terorisme kesulitan berbaur di masyarakat. apa yang dilakukan?


TNI Dikabarkan Kembali Pakai Istilah OPM yang Sebelumnya Disebut Teroris

12 hari lalu

Ilustrasi kelompok bersenjata. Shutterstock
TNI Dikabarkan Kembali Pakai Istilah OPM yang Sebelumnya Disebut Teroris

Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dikabarkan memerintahkan jajarannya untuk mengubah penyebutan Kelompok Separatis Teroris kembali menjadi OPM


Tentara Israel Akui Korban Gaza yang Disebut Teroris adalah Warga Sipil

17 hari lalu

Warga menggelar salat jenazag pada korban tewas dalam serangan Israel di Khan Younis, setelah mereka dibawa ke rumah sakit al-Najjar, di Rafah di Jalur Gaza selatan 24 Januari , 2024. Total warga sipil yang tewas di wilayah kantong Palestina itu mencapai 25.100 sejak perang dimulai 7 Oktober. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
Tentara Israel Akui Korban Gaza yang Disebut Teroris adalah Warga Sipil

Satu lagi kebohongan Israel terungkap, sebagian besar korban jiwa di Gaza yang mereka sebut 'teroris' diakui sebagai warga sipil.


Anak Muda, Yuk Ganti Segelas Kopi Sehari untuk Daftar Haji

20 hari lalu

Anak Muda, Yuk Ganti Segelas Kopi Sehari untuk Daftar Haji

Daftar pada usia dini belum tentu berangkat di usia tua. Perbankan didorong untuk kreatif dan inovatif untuk memudahkan anak-anak muda bisa melakukan financial planning


Buka Bersama Humanies, Anies Puji Partisipasi Aktif Anak Muda dalam Politik

20 hari lalu

Hall of Fame di Humanies Festival Kumpul Akbar AMIN di JIS. TEMPO/Intan Setiawanty.
Buka Bersama Humanies, Anies Puji Partisipasi Aktif Anak Muda dalam Politik

Anies mengapresiasi semangat yang dibawa oleh Humanies karena berhasil mentransformasikan proses politik menjadi lebih menyenangkan.