TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Desa Waimatan, Kecamatan Ile Ape Timur, Onesimus Sili berharap pemerintah segera merelokasi warga yang menjadi korban banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Kami berharap tidak dipulangkan lagi ke kampung. Relokasi kami. Kami tidak bisa lagi menetap di sana," ujar Onesimus saat dihubungi Tempo, Jumat malam, 9 April 2021.
Sebelum banjir bandang dan longsor menimpa pada 4 April lalu, ujar Onesimus, beberapa kali bencana terjadi dalam sepuluh tahun terakhir di daerah mereka. Gempa bumi dan erupsi gunung pernah menimpa.
Setiap terjadi bencana mereka selalu diungsikan ke Lewoleba, ibu kota Kabupaten Lembata. Setelah bencana usai, mereka kembali pulang.
Saat berkunjung ke salah satu lokasi bencana di Desa Amakaka, Kabupaten Lembata, Jumat kemarin, Presiden Jokowi (Joko Widodo) memerintahkan pemerintah daerah merelokasi warga yang terdampak bencana.
Onesimus berharap wacana relokasi tersebut benar-benar terlaksana. "Kami masyarakat semua siap direlokasi. Kami harap secepatnya agar kami tidak tinggal terlalu lama di posko pengungsian ini," tuturnya.
Saat ini, ada 121 kepala keluarga dengan total 389 warga Desa Waimatan yang mengungsi di Lewoleba. Beberapa sekolah menjadi posko pengungsian mereka sementara waktu bagi korban banjir bandang di Nusa Tenggara Timur.
Baca juga: Kunjungi Lembata NTT, Jokowi Terima Keluhan Para Pengungsi
DEWI NURITA