TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengaku sudah menyiapkan langkah mitigasi untuk mengantisipasi terhambatnya pengadaan vaksin dari GAVI dan AstraZeneca ke Indonesia.
"Kami sudah melakukan antisipasi dengan cara menambah jumlah Sinovac," kata Budi dalam diskusi dengan rapat kerja bersama DPR, Kamis, 9 April 2021.
Budi Gunadi menjelaskan, 100 juta dosis vaksin AstraZeneca sebelumnya akan didatangkan melalui dua mekanisme, yaitu melalui multilateral dengan GAVI sebanyak 54 juta secara gratis, dan bilateral melalui Bio Farma dan AstraZeneca sebanyak 50 juta. Namun, karena ada embargo dari India, vaksin AstraZeneca melalui GAVI hanya dikirim 1,1 juta dosis.
Adapun yang melalui bilateral, pihak AstraZeneca Indonesia hanya bisa mendatangkan 20 juta dosis di tahun ini. Sedangkan 30 juta dosis lainnya diundur ke 2022.
Untuk tetap mengejar target vaksinasi Covid-19 selesai akhir 2021, Budi memutuskan untuk melakukan akselerasi dengan menambah jumlah vaksin jenis Sinovac dari Cina sebanyak 90-100 juta dosis. "Ini untuk mengantisipasi kalau yang 100 juta, terdiri dari 54 juta dari GAVI dan 50 juta dari AstraZeneca bergeser," kata dia.
Menurut Budi, vaksin Sinovac dari Cina terbukti tidak pernah terjadi perubahan jadwal pengiriman. "Yang dari Eropa dan India terbukti jadwal yang sudah didiskusikan bergeser karena berbagai masalah politik di negara masing-masing," ujarnya.
Banyak negara-negara Eropa dan beberapa negara di Asia seperti India, Filipina, Papua Nugini, serta beberapa negara di di Amerika Selatan seperti Brazil, mengalami lonjakan ketiga dari kasus aktif Covid-19.
Akibatnya, negara-negara yang memproduksi vaksin Covid-19 di lokasi tersebut mengarahkan agar produksi vaksinnya tidak boleh diekspor, hanya boleh dipakai di negara masing-masing. Hal itu telah mempengaruhi ratusan negara di dunia termasuk Indonesia.