TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, menilai kubu Kongres Luar Biasa atau KLB Demokrat Deli Serdang tidak solid. Salah satu tandanya adalah mundurnya pengacara Razman Arif Nasution dari barisan pendukung Moeldoko itu.
"Ini KLB dianggap sudah layu sebelum berkembang, artinya perlawanan belum sampai finish, tapi satu per satu aktivisnya sudah mulai mengundurkan diri," kata Adi kepada Tempo, Senin, 5 April 2021.
Namun, Adi menilai wajar jika kubu KLB Deli Serdang tidak solid. Sebab kata dia, banyak orang di kubu tersebut bukanlah kader ideologis Demokrat, melainkan orang luar yang tiba-tiba bergabung.
Mundurnya Razman, kata Adi, juga jelas menunjukkan adanya persoalan. Dia mengatakan Razman adalah seorang politikus senior dan pengacara berpengalaman yang tentu memiliki kalkulasi soal nasib barisan Moeldoko tersebut. "Tentu ada kalkulasi rasional kenapa Razman mundur, salah satunya pasti KLB ini sudah tidak bisa diharapkan," ucapnya.
Adi mengatakan, kubu Moeldoko sebelumnya telah kalah lantaran Kementerian Hukum dan HAM tidak menerima dan mengesahkan kepengurusan versi mereka. Meski mereka menyatakan bakal menempuh jalur peradilan, Adi menilai peluang kubu KLB untuk bisa menang sangat kecil.
Adi mengatakan kubu KLB bak sudah kalah 0-2 dari pihak Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Secara politik dukungan publik terhadap kubu Moeldoko lemah. Seperti terpotret dalam sejumlah survei, kata Adi, nyaris tak ada yang membela kubu KLB.
"Secara hukum Kemenkumham tidak mengakui mereka. Itu dua fakta politik dan hukum yang tidak bisa dibantah bahwa kubu KLB Demokrat dari berbagai penjuru mata angin cukup lemah," ujar Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia ini.
Baca juga: Razman Sebut Pendapat Hukumnya Tak Dituruti Kubu KLB Moeldoko