TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Benny Mamoto menyoroti sistem pengamanan di Mabes Polri usai aksi penembakan yang terjadi pada Rabu, 31 April 2021. Ia mempertanyakan pelaku Zakiah Aini, yang seorang perempuan, bisa masuk ke dalam komplek dengan membawa senjata.
"Ketika tamu itu wanita dan diperlukan penggeledahan, baik menggunakan alat deteksi, maupun secara fisik langsung, itu harus dilakukan oleh petugas perempuan. Ini saya lihat tak ada. Khususnya mereka yang tak menunjukkan identitas," kata Benny dalam diskusi yang disiarkan Ahad, 4 April 2021.
Secara umum, Benny mengatakan, sebenarnya pengamanan fisik di Mabes Polri sudah bagus. Mulai dari peralatan dan alat deteksinya. Namun petugas yang bertugas menjadi catatan tersendiri. Ia mengatakan dari penelitian yang pernah dilakukan oleh salah satu mahasiswa bimbingannya, pengamanan di Mabes Polri kuncinya ada di petugas yang berjaga.
Benny Mamoto mengingatkan bahwa pelaku terorisme merupakan mahasiswi. Meski telah drop out, ia menilai sosok seperti itu akan memiliki kalkulasi yang lebih baik dalam melihat situasi. Ia menduga pelaku sudah terlebih dulu mensurvei situasi sebelum aksinya.
"Biasanya para pelaku survei dulu. Kita tahu dulu Bom Malam Natal, pelaku dua minggu sebelumnya ikut ibadah di dalam, melihat situasi dan menentukan bom ditaruh di mana," kata Benny.
Karena itu, ia mengatakan, Polri tak seharusnya terbawa pembawaan sikap personal yang baik dari tiap tamunya. Meski terlihat tak berbahaya, namun penggeledahan fisik wajib dilakukan di setiap kunjungan.
Sebelumnya pada Rabu, 31 Maret 2021, Zakiah Aini masuk ke dalam Komplek Mabes Polri, Jakarta Selatan. Ia melancarkan aksi penembakan dengan menggunakan airgun pada sejumlah petugas di dalam. Zakiah kemudian ditembak di tempat dan diketahui tewas. Belakangan diketahui ZA meninggalkan surat wasiat pada keluarganya sebelum melakukan aksi penembakan.
Baca juga: Jawaban Mabes Polri soal Terduga Teroris Lolos Masuk hingga Area Utama